Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Elon Musk Sebut Populasi Orang Kulit Putih di Dunia Hampir Punah
Advertisement . Scroll to see content

Pangeran MBS Disebut Pernah Membual Punya Cincin Beracun untuk Membunuh Raja Abdullah

Senin, 25 Oktober 2021 - 15:22:00 WIB
Pangeran MBS Disebut Pernah Membual Punya Cincin Beracun untuk Membunuh Raja Abdullah
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman alias MBS. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON DC, iNews.id – Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS), disebut pernah mengaku memiliki cincin beracun untuk membunuh Raja Abdullah. Hal itu terungkap lewat pengakuan mantan pejabat intelijen Saudi, Saad al-Jabri, belum lama ini. 

Dalam wawancara bersama televisi AS, CBS, al-Jabri mengatakan, dia mengetahui sebuah video MBS yang diambil pada 2014. Pada video itu, sang pangeran membual bahwa dia memiliki cincin beracun dari Rusia yang bisa membunuh Raja Abdullah dengan hanya berjabat tangan.

Menanggapi itu, Pemerintah Saudi mengatakan kepada CBS bahwa al-Jabri telah mengada-ada. Menurut Riyadh, pria berumur 63 tahun itu memang lihai dalam mengarang cerita demi menyembunyikan kejahatan korupsi yang dilakukannya.

Raja Abdullah bin Abdulaziz adalah pendahulu Raja Salman, sekaligus paman bagi MBS. Raja Salman bin Abdulaziz naik takhta setelah Raja Abdullah mangkat pada 2015 dan menjadi penguasa resmi Arab Saudi sampai hari ini.

Aljabri adalah tangan kanan Pangeran Muhammad bin Nayef bin Abdulaziz, sepupu MBS. Selain pernah menjabat menteri dalam negeri Arab Saudi pada 5 November 2012–21 Juni 2017, Pengeran Muhammad bin Nayef juga menjadi putra mahkota dari 29 April 2015–21 Juni 2017. Dia kemudian disingkirkan lewat dekrit kerajaan. Posisinya sebagai putra mahkota lalu diambil alih MBS.

Setelah Pangeran MBS berkuasa, Aljabri menetap di Kanada dan tinggal di pengasingan. Pada 2020, mantan intel Saudi itu pernah mengajukan gugatan di Washington DC, Amerika Serikat, menuduh MBS mengerahkan operasi khusus untuk melacak keberadaannya dan kemudian mengirim tim untuk membunuhnya. Peristiwa itu terjadi beberapa minggu setelah pembunuhan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut