Para Pemuda Israel Pilih Dipenjara ketimbang Perang di Gaza, Alasannya Mengejutkan
Pada usia 16 tahun, para siswa menerima perintah perekrutan pertama dan puncaknya adalah wajib militer pada usia 18 tahun. Banyak di antara kalangan Yahudi meyakini bahwa perang suatu kehormatan, tugas mulia, sekaligus ibadah.
Greenberg harus menerima kenyataan pahit, sampai dikucilkan oleh keluarganya. Dia bahkan disebut sebagai orang Yahudi yang membenci diri sendiri, antisemit, pendukung teroris, dan pengkhianat.
“Orang-orang mengirim pesan kepada saya di Instagram dan mengatakan bahwa mereka akan membantai saya, seperti yang Hamas lakukan kepada orang Israel pada 7 Oktober,” ujarnya.
Bahkan di penjara, Greenberg harus ditempatkan di sel isolasi setelah mendapat ancaman dari sesama tahanan.
Meskipun dikucilkan secara sosial, dia serta komunitas jaringan organisasi penolak wajib militer, tetap teguh pada pendirian mereka. Greenberg bukan satu-satunya pemuda Israel yang memilih jalan itu.
Mesarvot, organisasi yang mendukung para pembangkan wajib militer, mengungkap sejauh ini jumlah orang seperti sangat kecil. Hanya belasan pemuda yang secara terang-terangan menolak wajib militer atas dasar hati nurani, sejak dimulainya perang 7 Oktober 2023.
Namun jumlah itu sudah lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelum perang.
Mesarvot mengungkap, ada jauh lebih banyak penolak yang masuk kategori abu-abu. Ada juga yang berusaha menghindarinya dengan berbagai alasan bohong, seperti mengalami gangguan mental. Mereka yanhg mengalami gangguan jiwa tak akan dihukum penjara.
Yesh Gvul, anggota kelompok antiperang lain, mengatakan setiap tahun rata-rata 20 persen anak muda menolak wajib militer.
Militer Israel tidak menerbitkan angka tentang penolakan wajib militer.
Editor: Anton Suhartono