Paul Alexander, Penyintas Polio Puluhan Tahun Hidup di Tabung Besi Meninggal Dunia
WASHINGTON, iNews.id - Paul Alexander, penyintas penyakit polio yang dijuluki 'pria dalam paru-paru besi' meninggal dunia pada usia 78 tahun, Selasa (12/3/2024).
"Paul Alexander, 'pria di dalam paru-paru besi', meninggal dunia kemarin," demikian isi postingan di situs web penggalangan dana, seperti dilaporkan BBC, Rabu (13/3/2024).
Paul terjangkit polio pada 1952 saat berusia 6 tahun yang menyebabkan tubuhnya lumpuh dari leher ke bawah. Penyakit tersebut membuat Paul tidak dapat bernapas secara mandiri. Dia harus tinggal di dalam tabung logam, tempat baginya menghabiskan sisa hidup sampai mengembuskan napas terakhir.
Meski tinggal di tabung, Paul tetap produktif. Dia mendapat gelar sarjana hukum, bahkan menjalankan praktik sebagai pengacara serta menerbitkan memoar.
“Saat ini Paul kuliah, menjadi pengacara, dan penulis," bunyi tulisan di situs web.
Dokter di kampung halamannya, Dallas, Amerika Serikat, mengoperasinya begitu Paul dinyatakan positif polio. Tindakan operasi bertujuan menyelamatkan nyawanya. Namun akibat penyakit itu pula, tubuhnya tidak mampu bernapas sendiri. Saran dokter adalah menempatkan Paul di tabung besi yang membungkus tubuhnya sampai leher.
Tabung yang dinamakan paru-paru besi itu memungkinkannya bernapas. Cara kerjanya adalah sistem menyedot udara keluar dari silinder, memaksa paru-parunya mengembang untuk menghirup udara. Ketika udara dimasukkan kembali, proses sebaliknya sama, membuat paru-parunya mengempis.
Selama bertahun-tahun, Paul akhirnya bisa belajar bernapas sendiri sehingga mampu meninggalkan tabung meski hanya sesaat.
Seperti kebanyakan penyintas polio yang ditempatkan di tabung besi, Paul saat itu diperkirakan tidak akan bertahan lama. Namun dia bisa bertahan puluhan tahun, jauh setelah penemuan vaksin polio pada 1950-an berhasil memberantas penyakit tersebut di dunia Barat.
Dia lulus SMA kemudian kuliah di Southern Methodist University. Pada 1984, dia memperoleh gelar sarjana hukum dari University of Texas, Austin. Setelah itu dia menjalankan praktik sebagai pengacara selama beberapa dekade.
Dia juga menerbitkan memoar yang dibuat selama 8 tahun. Dia mengetik dengan menggunakan tongkat plastik untuk menyentuh keyboard komputer atau mendiktekannya kepada teman.
Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat paru-paru besi menjadi meteode usang pada 1960-an dan diganti oleh ventilator. Meski demikian Paul tetap memilih tinggal di dalam tabung karena sudah terbiasa.
Guinness World Records mengakuinya sebagai orang yang hidup paling lama di paru-paru besi.
Editor: Anton Suhartono