PBB: Pasokan Pangan dan Pupuk Rusia ke Pasar Dunia Tak Boleh Berhenti, meski Perang
 
                 
                NEW YORK, iNews.id – Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, meminta agar produk pangan dan pupuk dari Rusia, Belarusia, dan Ukraina harus tetap didistribusikan ke pasar dunia. Hal itu bertujuan untuk mengatasi meningkatnya kekhawatiran akan kerawanan pangan global.
“Izinkan saya untuk menjelaskan, solusi yang berarti untuk kerawanan pangan global membutuhkan reintegrasi produksi pertanian Ukraina dan produksi pangan dan pupuk Rusia dan Belarusia ke pasar dunia, terlepas dari perang,” kata Guterres dalam pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB, Kamis (6/5/2022).
 
                                Guterres menuturkan, dia akan berusaha sebaik mungkin memfasilitasi dialog untuk mewujudkan langkah semacam itu menjadi kenyataan.
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Rusia dan Ukraina termasuk di antara pengekspor global teratas berbagai jenis makanan pokok, termasuk gandum dan jagung, pada 2021. Pada saat yang sama, Rusia juga menjadi pengekspor utama pupuk nitrogen, pemasok utama kedua pupuk kalium, dan pemasok terbesar ketiga pupuk fosfor.
 
                                        PBB telah mencatat bahwa produksi pangan Ukraina sedang terancam oleh faktor-faktor seperti gangguan logistik; hilangnya akses ke lahan pertanian, dan; kekurangan tenaga kerja. Selain itu, ada juga ancaman berupa kerusakan tanaman akibat perang, serta perusakan aset sistem pangan dan infrastruktur selama konflik.
 
                                        Tak cukup sampai di situ, sanksi Barat terhadap Rusia juga telah merusak penjualan produk pertanian negara itu ke luar negeri dan mendorong Moskow untuk membalasnya dengan membekukan ekspor pupuk ke mancanegara.
Akibatnya, harga pangan global melonjak ke rekor tertinggi pada Maret lalu. Dana Moneter Internasional (IMF) pun memperingatkan pada April bahwa harga pangan global kemungkinan akan naik lebih lanjut di masa mendatang karena konflik di Ukraina, sanksi terhadap Rusia dan Belarusia, serta masalah iklim.
Editor: Ahmad Islamy Jamil