Pelaku Penyerangan di Masjid Mesir Bawa Bendera ISIS
KAIRO, iNews.id – Pelaku penyerangan kelompok militan di Masjid Al Rawda di Bir Al Abed, sebelah barat Kota Al Arish, Sinai, Mesir membawa bendera militan negara Islam (ISIS) saat menggencarkan aksinya pada Jumat, kemarin. Hal ini disampaikan Kantor jaksa penuntut umum Mesir, mengutip wawancara dengan salah seorang korban terluka.
“Pria bersenjata yang menyerang masjid pada hari Jumat di Sinai Utara Mesir mengacungkan bendera Negara Islam saat mereka melepaskan tembakan melalui pintu dan jendela, menewaskan lebih dari 300 jamaah, termasuk 24 anak-anak” ucapnya, Sabtu, 25 November 2017 dikutip Reuters.
Jaksa juga menambahkan bahwa para jamaah terkejut dengan insiden tersebut. Pelaku sekitar 25 hingga 30 orang itu membawa bendera Daesh (ISIS) saat mengambil posisi penembakan di depan pintu masjid dan 12 jendela dengan senapan otomatis.
Dia juga menggambarkan beberapa pelaku pria bersenjata menggunakan masker dan seragam ala militer. Dengan mengendarai jip, mereka mengelillingi masjid dan melepaskan tembakan ke dalam masjid, sehingga menimbulkan kepanikan jamaah. Para jamaah berebutan satu sama lain untuk melarikan diri.
Berdasarkan pengakuan saksi mata, Magdy Rezk, sempat melihat ketika pria bersenjata mulai meledakkan bom usai salat Jumat dan kemudian melepaskan tembakan saat orang-orang mencoba melarikan diri, serta menembaki ambulans dan membakar mobil untuk memblokir jalan.
"Penembakan terjadi saat semua orang berlari, dan semua orang bertabrakan satu sama lain. Saya bisa melihat dengan jelas pelaku adalah pria bertopeng yang mengenakan pakaian militer,” katanya.
Serangan terhadap masjid ini mengejutkan Mesir. Kantor berita negara MENA mengungkapkan jumlah korban tewas meningkat menjadi 305, termasuk 27 anak, dan 128 orang terluka. Namun sejauh ini,tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas insiden. Pasukan mesir sedang berjuang melawan afiliasi negara islam yang keras kepala di wilayah tersebut.
Selain itu, pemerintah Mesir, Presiden Abdel Fattah el-Sisi mendorong upaya untuk memperketat keamanan di tempat-tempat ibadah dan bangunan utama Mesir. Setelah insiden terjadi, pemerintah mengumumkan tiga hari berkabung untuk serangan paling berdarah dalam sejarah modern Mesir.
Editor: Ranto Rajagukguk