Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Wabah Virus Baru di Kongo: Gejala Mirip Demam Berdarah, 53 Korban Meninggal
Advertisement . Scroll to see content

Pembantaian Paling Mengerikan di Afrika, Ada Korban yang Dibakar Hidup-Hidup

Selasa, 21 Juni 2022 - 16:27:00 WIB
Pembantaian Paling Mengerikan di Afrika, Ada Korban yang Dibakar Hidup-Hidup
Pembantaian Mali. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Sejarah dunia mencatat, ada sejumlah kasus pembantaian yang terjadi di Afrika. Pembantaian yang tergolong mengerikan ini mengakibatkan hilangnya ratusan ribu jiwa. Pembantaian ini terjadi karena beberapa faktor, seperti pemberontakan hingga perang antaretnis. 

Pembantaian Rwanda

Pembantaian ini terjadi pada 6 April 1994, di mana Suku Hutu menyerang suku minoritas Tutsi. Pada konflik antaretnis yang berlangsung selama 100 hari, 800.000 orang yang merupakan Suku Tutsi menjadi korban pembunuhan massal. 

Ketika itu, Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana dan Presiden Burundi, Cyprien Ntaryamira tewas usai pesawat yang ditumpanginya ditembak jatuh di Kigali. Tidak diketahui dalang peristiwa tersebu, namun diduga peristiwa penembakan itu sebagai bentuk protes terhadap rencana Habyarimana yang ingin menyatukan suku Hutu dan Tutsi.

Pembantaian Rwanda. (Foto: Reuters)
Pembantaian Rwanda. (Foto: Reuters)

Setelah kejadian tersebut, pengawal kepresidenan bersama anggota Angkatan Bersenjata Rwanda (FAR) serta kelompok milisi Hutu mulai membantai Tutsi serta Hutu moderat.

Saat itu, Theoneste Bagosora, tokoh senior  di Kementerian Pertahanan Rwanda, mendesak rakyat untuk menyingkirkan Suku Tutsi. Selain itu, suku Hutu mendirikan stasiun radio serta menerbitkan koran untuk mempropaganda Suku Tutsi.

Nama orang Suku Tutsi yang akan disingkirkan ini dibacakan melalui stasiun radio. Beberapa jam kemudian, tempat di Rwanda pun diblokade.

Pembantaian ini berakhir saat Rwandan Patriotic Front (RPF) berhasil menguasai Kigali pada Juli 1994. Akibat peristiwa ini, 800.000 orang tewas dan 2 juta orang melarikan diri dari Rwanda. 

Pembantaian Mali

Etnis Fulani menjadi korban pembantaian oleh sekelompok orang yang diduga dari Etnis Dogon di Mali, Afrika Barat. Akhirnya, 160 orang tewas akibat serangan ini. 

Kelompok tersebut menggunakan senjata untuk membunuh ratusan orang. Pelaku menggunakan pakaian pemburu tradisional serta menyerang warga Etnis Fulani. Diketahui, warga etnis Fulani merupakan petani dan penggembala.

Kelompok bersenjata mengepung Desa Ogossagu. Mereka juga menyerang hampir semua warga yang berada di rumah.

Penyerangan ini terjadi ketika Dewan Keamanan PBB mengunjungi Mali untuk mencari jalan keluar terkait kekerasan di Sahel, Afrika Barat pada Maret 2019.

Pembantaian diduga dilakukan oleh Etnis Dogon. Warga Etnis Fulani diserang serta dibakar secara hidup-hidup. Pemicu pembantaian ini beragam, mulai dari perebutan lahan hingga menuduh etnis Fulani yang menyembunyikan ekstremis. 

Pembantaian Sharpeville

Pada 21 Maret 1960, sebanyak 69 orang kulit hitam serta 180 orang mengalami luka-luka ketika polisi menembaki massa aksi protes di Sharpeville, Afrika Selatan. Ketika kejadian, belum jelas alasan para polisi menembaki kerumunan massa. Namun, hal ini diduga karena aksi demonstran yang melempar batu. 

Sekitar 5.000-7.000 orang berkumpul di kantor polisi Sharpeville untuk memprotes undang-undang yang baru disahkan. Mereka mengeklaim bahwa undang-undang tersebut dirancang oleh apartheid untuk membatasi pergerakan orang kulit hitam di daerah orang kulit putih.

Pembantaian Sharpeville. (Foto: telesurenglish.net)
Pembantaian Sharpeville. (Foto: telesurenglish.net)

Kebanyakan dari korban adalah anak-anak dan wanita. Pembantaian Sharpeville ini kemudian diperingati sebagai Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial. Usai kejadian, terjadi demonstrasi, kerusuhan hingga aksi protes. 

Pada 30 Maret 1960, pemerintah menyatakan keadaan darurat. Tak hanya itu, pemerintah juga menahan lebih dari 18.000 orang. 

Pembantaian Kongo Timur

Sebanyak 55 orang tewas pada Minggu (30/5/2021) dalam dua serangan di Kongo Timur. Tentara serta kelompok hak sipil sempat menuduh Pasukan Demokratik Bersatu sebagai bandit bersenjata yang menyerang Desa Tchabi serta sebuah kamp pengungsi di dekat Boga. 

Diketahui, keduanya berdekatan dengan perbatasan Uganda. Menurut kantor urusan kemanusiaan PBB, rumah-rumah dibakar serta warga sipil diculik.

Kepala kelompok hak sipil di Boga, Albert Basegu, baru menyadari adanya serangan usai mendengar suara tangisan di rumah seorang tetangga. Ketika Albert tiba, ia menemukan para penyerang telah membunuh seorang pendeta Anglikan. Sang putri juga terluka parah. 

Pasukan Demokratik Bersatu diyakini telah menewaskan lebih dari 850 orang pada 2020 dalam rentetan serangan balasan kepada warga sipil usai tentara memulai operasi melawan kelompok tersebut. Amerika Serikat menyatakan Pasukan Demokratik Bersatu sebagai organisasi teroris asing pada Maret 2021. 

Editor: Umaya Khusniah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow

Related News

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut