Pembunuhan Khashoggi: Saudi Tegaskan Tolak Permintaan Ekstradisi Turki
RIYADH, iNews.id - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir menolak permintaan ekstradisi para terdakwa pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi yang dilayangkan Turki.
"Kami tidak akan mengekstradisi warga negara sendiri," kata Al Jubeir, seperti dilaporkan AFP, Selasa (11/12/2018).
Pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuntut ekstradisi para tersangka. Pada Rabu (5/12/2018), pengadilan Turki menerbitkan surat perintah penangkapan bagi mantan kepala intelijen Saudi Ahmad Al Assiri dan mantan penasihat keluarga kerajaan Saud Al Qahtani.
Adapun Saudi telah mendakwa 11 orang atas kasus pembunuhan Khashoggi yang terjadi di Konsulat Saudi di Istanbul, 2 Oktober lalu.
Al Jubeir mengkritisi cara Turki berbagi informasi dengan Saudi.
"Otoritas Turki tidak sepenuhnya jujur seperti yang kami harapkan," sebut AL Jubeir.
"Kami meminta pada teman-teman kami di Turki untuk berbagi dengan kami bukti-bukti yang bisa kami gunakan di pengadilan. Kami belum menerima bukti-bukti itu."
Sebelumnya, Erdogan mengatakan perintah pembunuhan Khashoggi datang dari level tertinggi pemerintahan Saudi, kendati tidak secara eksplisit menyebutkan anggota keluarga kerajaan.
Saudi berulang kali membantah keterlibatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam pembunuhan tersebut.
Jaksa penuntut umum Saudi mengatakan Khashoggi dibunuh di dalam konsulat dalam 'operasi liar' yang diperintahkan pejabat intelijen. Khashoggi dilaporkan disuntik senyawa mematikan, setelah terlibat dalam perkelahian.
Jenazahnya kemudian dimutilasi di dalam konsulat dan potongan tubuhnya diserahkan pada "kontraktor lokal" di luar gedung konsulat.
Khashoggi merupakan jurnalis kenamaan yang kerap meliput peristiwa besar, termasuk invasi Soviet ke Afghanistan dan kebangkitan Osama bin Laden.
Selama puluhan tahun, Khashoggi dekat dengan keluarga kerajaan dan kadang menjadi penasihat pemerintrahan.
Namun, dia tidak lagi menjadi favorit dan memilih mengasingkan diri ke Amerika Serikat (AS) tahun lalu. Dari sana, dia menulis kolom The Washington Post, di mana dia kerap mengkritik kebijakan Putra Mahkota Muhammed bin Salman.
Pada kolom pertamanya, Khashoggi menulis dia takut akan ditangkap akibat pembangkangan dalam rangkaian tindakan keras yang dilakukan sang pangeran.
Di kolom terakhirnya, dia mengkritik keterlibatan Saudi dalam konflik Yaman.
Editor: Nathania Riris Michico