Pemerintah Meksiko Paksa Pekerja Beli Tiket Undian Berhadiah Pesawat Kepresidenan
MEKSIKO, iNews.id - Pemerintah Meksiko masih kesulitan menjual pesawat kepresidenan menggunakan skema tiket undian. Para pekerja menganggap langkah tersebut terlalu memaksa.
Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, memilih menjual pesawat kepresidenan Boeing 787 Dreamlines yang pernah digunakan oleh presiden sebelumnya Enrique Pena Nieto karena dianggap sebagai simbol kemewahan pemerintah yang berlebihan.
Obrador selama ini dikenal lebih sering menggunakan penerbangan komersial untuk melakukan perjalanan dinasnya ke beberapa kota di Meksiko.
Menurutnya, daripada jadi pesawat dinas yang lebih sering banyak menganggur sejak pelantikannya pada Oktober 2018 lalu, lebih baik uang dari penjualan pesawat digunakan untuk membantu rakyat miskin di negaranya.
Karena sulit terjual secara langsung, Obrador mengusulkan skema tiket undian yang dilepas ke publik seharga 27 dolar AS (Rp401.000). Target dari penjualan tiket lotre bisa mengumpulkan dana sebesar 142 juta dolar AS (Rp2,1 triliun).
Skema ini justru menuai kritik dari pengamat, sebab penerapannya terkesan memaksa kalangan pekerja berpenghasilan tetap. Jelang ditutupnya pembelian tiket lotre dan pengumuman pemenang pada Selasa (15/9/2020) waktu setempat, tiket baru terjual 70 persen.
Ini jauh dari optimisme Presiden Obrador yang mengatakan bisa menjual semua 6 juta tiket lotre yang disediakan pemerintah.
Mantan Menteri Kesehatan Meksiko, Salomon Chertorivski menulis di akun Twitter-nya, pemerintah Meksiko harusnya segera mengucurkan 23.7 juta dolar AS (Rp353,3 miliar) dari uang yang sudah terkumpul dari penjualan tiket lotre untuk menambah kebutuhan peralatan medis.
"Untuk menyelamatkan nyawa, kebijakan publik dan penetapan anggaran harus berdasarkan pemahanaman dan data, bukan dari kebetulan dan propaganda," tulis Chertorivski.
Dalam pelaksanaannya, kebijakan penjualan tiket lotre pesawat kepresidenan Meksiko dianggap terlalu mengikat. Sebagai contoh, Direktur agen perumahan, Infonavit, mendesak staf di atas tingkat gaji tertentu membeli 5 sampai 12 tiket sebelum tanggal 4 September.
Seorang karyawan Infonavit yang membeli 9 tiket undian mengatakan kepada Reuters bahwa permintaan itu tidak adil.
"Banyak rekan kerja yang merasa itu kewajiban," ujar karyawan yang namanya tak mau disebutkan dikutip dari Reuters.
"Kami beruntung memiliki pekerjaan, tetapi itu tidak berarti kami harus membeli tiket," lanjutnya.
Editor: Arif Budiwinarto