Pemilu Turki Dinilai Masih Kurang Transparan, Ini Sebabnya
YSK mengonfirmasi putaran kedua digelar 28 Mei antara Erdogan dan saingan oposisi Kemal Kilicdaroglu. Pasalnya, tidak ada kandidat yang mendapatkan ambang batas 50 persen untuk menang dalam pemilihan presiden.
Dari 99 persen kotak suara dihitung, Erdogan memimpin dengan 49,4 persen suara, sementara pesaingnya mencapai 44,96 persen.
Dalam pemungutan suara parlemen, Aliansi Rakyat termasuk partai AKP Erdogan tampaknya memimpin mayoritas.
"Demokrasi Turki terbukti sangat tangguh. Pemilihan ini memiliki jumlah pemilih yang tinggi dan menawarkan pilihan nyata. Namun, Turki tidak memenuhi prinsip dasar untuk mengadakan pemilihan yang demokratis," kata ketua delegasi PACE, Frank Schawabe.
Dia meminta pemerintah Turki untuk memastikan kebebasan pers. Bahwa liputan yang menguntungkan Erdogan dan partai yang berkuasa seimbang dengan penyensoran.
Selain itu, intimidasi yang meluas dihadapi oleh Partai Kiri Hijau (YSP) yang pro-Kurdi, tanpa mengatakan siapa yang bertanggung jawab. Beberapa politisi oposisi juga dikenai pembatasan.
Delegasi meminta pihak berwenang untuk mengambil langkah konkret untuk menjamin jumlah pemilih yang lebih tinggi di kota-kota yang terkena dampak gempa besar.
Editor: Umaya Khusniah