Pemimpin Houthi Tewas akibat Serangan Balas Dendam Koalisi Arab di Yaman

SANAA, iNews.id – Pemimpin Houthi, Mayor Jenderal Abdullah Qassem al-Junaid, tewas akibat serangan udara yang dilancarkan Koalisi Arab terhadap ibu kota Yaman, Sanaa, hari ini. Kabar kematian al-Junaid itu terungkap lewat laporan media lokal, Alhadath.

“(Serangan ini) sebagai tanggapan atas ancaman (Houthi) dan kebutuhan militer kami,” ujar salah seorang juru bicara Koalisi Arab, seperti dikutip Alarabiyah, Selasa (18/1/2022).

Baca Juga

Usai Berseteru, Trump Akan Sambut Zohran Mamdani di Gedung Putih Besok

Pada Senin (17/1/2022) pagi, Houthi meluncurkan serangan terhadap dua sasaran di ibu kota Uni Emirat Arab (UEA), Abu Dhabi. Serangan tersebut menewaskan tiga orang dan melukai enam lainnya.

Tak hanya memakan korban jiwa, sebuah situs konstruksi di lokasi proyek perluasan bandara baru Abu Dhabi dan fasilitas minyak di negara itu terbakar pada Senin pagi waktu setempat. Polisi UEA mengatakan, insiden itu kemungkinan besar disebabkan oleh serangan drone.

Baca Juga

Houthi Serang Uni Emirat Pakai Drone, Hancurkan Truk Tangki BBM dan Proyek Bandara

Menteri Luar Negeri UEA, Abdullah bin Zayed, kemudian menyebut insiden itu sebagai serangan teroris dan peningkatan aksi kriminal yang jahat. Dia menegaskan, para pelaku tidak akan dibiarkan begitu saja.

Serangan yang menyebabkan kebakaran termasuk jarang terjadi di tanah UEA.

Baca Juga

Kapal Kargo Uni Emirat Arab Dibajak Pemberontak Houthi, Ada ABK Asal Indonesia

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengutuk serangan Houthi di UEA dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin kemarin.

“Kerajaan (Arab Saudi) juga menyatakan bahwa aksi teroris ini, yang berada di belakang kekuatan jahat milisi teroris Houthi, menegaskan kembali keseriusan kelompok teroris ini dan ancamannya terhadap keamanan, perdamaian, dan stabilitas di kawasan dan dunia,”demikian bunyi pernyataan Kemlu Saudi itu.

UEA yang bersekutu dengan Arab Saudi, terlibat dalam perang saudara Yaman sejak Koalisi Arab melakukan intervensi atas kekacauan politik di negeri Hadramaut itu pada 2015.

Editor: Ahmad Islamy Jamil