Pemindahan Kedubes dan 60 Warga Palestina Tewas, AS Salahkan Hamas
WASHINGTON, iNews.id - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut Hamas, gerakan Islam yang memerintah Gaza, menggunakan momen kontroversial pemindahan kantor Kedutaan Amerika di Yerusalem sebagai alasan untuk memicu adanya kekerasan dalam aksi protes besar-besaran di Gaza.
Dalam aksi protes itu terjadi betrokan yang menewaskan sedikitnya 60 warga Palestina di tangan pasukan Israel.
Juru Bicara Kementererian Luar Negeri AS Heather Nauert menolak mengikuti langkah negara-negara Barat, terutama Eropa, yang membatasi diri dari Israel, atau bahkan semua pihak. Namun dia menyesalkan banyak nyawa yang hilang.
"Ini adalah wilayah yang kompleks. Kami menyesalkan adanya nyawa yang hilang. Kami menyesali kehilangan banyak nyawa," kata Nauert, seperti dikutip AFP, Rabu (16/5/2018).
"Israel memiliki hak untuk membela diri," kata dia.
Nauert menolak menghubungkan bentrokan yang terjadi dengan pembukaan kedutaan AS di Yerusalem. Namun, dia tak menampik pembukaan Kedubes AS bisa dijadikan alasan untuk memicu bentrokan di Gaza.
"Kami menyaksikan demonstrasi selama enam pekan terakhir. Demonstrasi ini bukanlah hal baru. Jika Hamas ingin menggunakan itu sebagai alasan untuk memancing amarah semua orang dan mendorong kekerasan, itu adalah pilihan mereka. Itu adalah pilihan yang tidak bertanggung jawab," ujar Nauert.
Aksi protes kembali terjadi di perbatasan Gaza dan menewaskan puluhan orang. Beberapa di antaranya anak berusia di bawah 16 tahun. Penembakan tentara Israel terhadap para demonstran Palestina pada Senin (14/5) merupakan yang paling berdarah sejak perang 2014.
Jumlah korban tewas kemungkinan akan terus bertambah, mengingat sekitar 2.700 demonstran lainnya mengalami luka dan banyak di antaranya dalam kondisi serius.
Editor: Nathania Riris Michico