Penampakan Siswa SD Jepang Kenakan Seragam Armani Seharga Rp10 Juta

TOKYO, iNews.id - Sekolah dasar (SD) di Ginza, Tokyo, Jepang, mulai menggunakan seragam hasil rancangan Giorgio Armani, Jumat 6 April 2018. SD tersebut sempat menjadi perhatian dunia usai mengumumkan kerja sama pembuatan seragam dengan rumah mode kenamaan asal Italia itu.

Pada Jumat, siswa baru SD Taimei, baik perempuan maupun laki-laki, sudah menggunakan seragam Armani seharga 80.000 yen atau sekitar Rp10 juta per setel. Sebanyak 55 siswa baru menghadiri upacara penerimaan menggunakan seragam mewah itu.

Baca Juga

Netanyahu Terpilih Lagi sebagai Pemimpin Likud, Siap Maju Pemilu Israel Mendatang

Sekilas, seragamnya tak jauh berbeda dengan yang biasa digunakan sebelumnya. Seragam siswi menggunakan rok sampai dengkul dan kaos kaki panjang berwarna biru tua. Setelan atasnya menggunakan jas.

(Siswa baru SD Taimei menggunakan seragam hasil desain Giorgio Armani/Kyodo)

Sementara siswa menggunakan celana panjang yang mengatung di atas mata kaki. Topi untuk siswa dan siswi sama.

Tas juga bagian dari paket seragam yang didesain Armani. Tidak ada perbedaan desain tas antara siswa dan siswi, hanya warnanya saja.

Kebijakan pihak SD Taimei ini diprotes para orang tua karena harga satu set seragam lengkap dengan topi dan tas sangat mahal.

"Saya lega bisa mengadakan upacara penerimaan ini. Saya berharap masyarakat bisa menerima mereka  dengan hangat, sehingga mereka bisa bersekolah dengan tenang," kata kepala sekolah, Toshitsugu Wada, dalam pernyataannya, sebagaimana dikutip dari Kyodo.

Sebelumnya, para siswa SD Taimei sempat diteror orang tak dikenal saat mereka menuju sekolah. Peneror menanyakan mengenai seragam Armani. Akibatnya, pihak sekolah menyewa petugas keamanan khusus untuk memantau anak-anak yang berjalan menuju sekolah. Bahkan sebelum upacara penerimaan berlangsung, polisi juga berjaga-jaga di sekitar sekolah.

Pihak sekolah tak mewajibkan para siswa menggunakan seragam Armani setelah muncul desakan dari orang tua dan dinas pendidikan setempat.

Editor: Anton Suhartono