Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Langka, Presiden China Xi Jinping Kunjungi Muslim Uighur di Xinjiang
Advertisement . Scroll to see content

Pendukung Muslim Uighur Unjuk Rasa, China Hadapi Evaluasi HAM di PBB

Rabu, 07 November 2018 - 09:55:00 WIB
Pendukung Muslim Uighur Unjuk Rasa, China Hadapi Evaluasi HAM di PBB
Massa berunjuk rasa menentang China di depan Kantor PBB di Jenewa, Swiss, saat Dewan HAM PBB memeriksa catatan hak asasi manusia negara tersebut dalam evaluasi rutin. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

BEIJING, iNews.id - Para pendukung suku minoritas Muslim China, Uighur, berdemonstrasi di Jenewa, Selasa (6/11/2018). Mereka berujuk rasa saat Dewan HAM PBB memeriksa catatan hak asasi negara itu dalam sebuah evaluasi rutin.

Evaluasi terhadap China itu merupakan bagian dari proses peninjauan universal Dewan HAM, di mana masing-masing negara anggota PBB dievaluasi setiap empat hingga lima tahun.

Berbagai kelompok advokasi seperti Human Rights Watch menginginkan Dewan HAM menekan China dalam isu-isu seperti penggunaan kamp penahanan massal di kawasan Xinjiang, tempat di mana ribuan warga Uighur ditahan.

Sejumlah pejabat negara asing dan kelompok HAM mengkritik apa yang China disebut sebagai pusat pelatihan keterampilan. China beralasan kamp tersebut bertujuan melucuti identitas etnik dan agama warga Uighur.

Tak menggubris kritik internasional, Wakil Menteri Luar Negeri Le Yucheng justru memuji kemajuan China dalam isu-isu HAM.

Dewan HAM PBB sebelumnya sudah ini menyatakan pihaknya percaya China menahan lebih dari 1 juta warga Uighur di kamp-kamp rahasia. Namun klaim ini berulang kali dibantah oleh China.

Sepeti diketahui, China dituding memenjarakan satu juta umat Muslim Uighur di wilayah Xinjiang tanpa proses peradilan. Pemerintah China menepis tudingan tersebut, namun berbagai investigasi menemukan bukti yang menunjukkan mereka membangun kamp tahanan.

Bahkan, Wilayah Xinjiang mengesahkan pengiriman warga minoritas Muslim Uighur ke tempat yang mereka sebut sebagai "pusat pelatihan kejuruan".

Mantan tahanan mengaku dipaksa keluar dari Islam dan menyatakan kesetiaan mereka kepada Partai Komunis. Dia juga menggambarkan fasilitas itu sebagai tempat indoktrinasi politik.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut