Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Jabatan Presiden Venezuela Maduro hanya Menghitung Hari, kok Bisa?
Advertisement . Scroll to see content

Pengakuan Para Tentara Venezuela yang Membelot dari Rezim Maduro

Senin, 25 Februari 2019 - 15:56:00 WIB
Pengakuan Para Tentara Venezuela yang Membelot dari Rezim Maduro
Sejumlah tentara yang membelot dari kekuasan Presiden Venezuela Nicolás Maduro bersedia berbicara kepada BBC. (Foto: BBC)
Advertisement . Scroll to see content

CARACAS, iNews.id - Sejumlah tentara Venezuela yang membelot ke Kolombia, pada Sabtu (23/2) lalu, mengaku khawatir akan keselamatan keluarga mereka di bawah pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

Dalam wawancara eksklusif dengan BBC, salah seorang pembelot yang berusia 23 tahun mengatakan bahwa dia cemas pasukan yang masih setia terhadap Maduro akan menyerang keluarganya.

"Tapi saya rasa ini adalah keputusan terbaik yang bisa saya buat," tambahnya, seperti dilaporkan BBC, Senin (25/2/2019).

Lebih dari 100 tentara dilaporkan membelot dari Maduro, sebagian besar melakukannya ketika bentrokan pecah pada Sabtu (23/2) lalu.

Insiden itu terjadi setelah Maduro mengirim pasukan untuk memblokade jalanan dan jembatan di area perbatasan dengan Brasil dan Kolombia, tempat pengiriman bantuan berupa makanan dan obat-obatan—yang diorganisir Amerika Serikat (AS)—direncanakan untuk dikirim ke Venezuela.

Di beberapa titik perlintasan di perbatasan, pasukan keamanan Venezuela menembakkan gas air mata ke arah para sukarelawan, sementara para pengunjuk rasa membakar pos-pos pemeriksaan dan melemparkan batu ke arah para tentara dan polisi antihuru-hara.

Setelah sepakat untuk berbicara kepada BBC dengan identitas dirahasiakan, sekelompok pembelot Venezuela yang kini menetap di kota Cucuta menceritakan alasan mereka untuk meninggalkan militer di bawah kepemimpinan Maduro.

"Banyak anggota militer profesional yang ingin melakukan hal ini. Ini akan menjadi efek domino. Hal ini akan berpengaruh signifikan dalam tubuh pasukan bersenjata," ungkap seorang pembelot lainnya yang berusia 29 tahun.

"Pasukan bersenjata hancur karena banyaknya pejabat korup. Anggota militer sudah lelah. Kami tidak bisa selamanya menjadi budak, kami membebaskan diri kami sendiri," ungkapnya.

Seorang pembelot lainnya, seorang perempuan, menggambarkan hari Sabtu lalu sebagai situasi yang penuh "ketegangan".

"Saya berpikir bahwa saya tidak bisa menyakiti warga saya sendiri. Anak perempuan saya masih di Venezuela dan itu yang terasa sangat menyakitkan. Tetapi saya melakukan hal ini untuknya. Ini sangat sulit karena saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan terhadapnya," kata dia.

Pembelot lainnya mengatakan bahwa dia merasa pedih harus melihat warga Venezuela saling serang demi bantuan kemanusiaan.

"Saya merasa tak berdaya dan tak berguna. Saya merasa sakit melihat semua yang terjadi," ujarnya.

Pada Minggu (24/2), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan kekuasaan Presiden Maduro di Venezuela "tinggal menghitung hari", menyusul insiden berdarah akhir pekan kemarin.

"Saya yakin warga Venezuela akan memastikan bahwa kekuasaan Maduro tinggal menghitung hari," ujar Pompeo, kepada CNN.

Setidaknya dua orang tewas pada Sabtu (23/2) lalu dalam bentrokan antara warga sipil dengan tentara loyalis Maduro.

Pemimpin oposisi Juan Guaido yang juga mengklaim dirinya sebagai presiden sementara Venezuela—yang diakui oleh lebih dari 50 negara—meminta negara-negara lain untuk mempertimbangkan "semua tindakan" untuk menggulingkan Maduro setelah upaya pengiriman bantuan yang dipimpin pihak oposisi justru berakhir menjadi bentrokan.

Dia juga menyatakan akan menghadiri pertemuan yang dihadiri oleh sebagian besar negara-negara Amerika Latin di Kolombia pada Senin (25/2), meski tengah menjalani kondisi dilarang bepergian yang diberlakukan oleh Maduro. Wakil Presiden AS Mike Pence akan mewakili AS dalam pertemuan di Kota Bogota.

Seorang pejabat senior Gedung Putih menyatakan pada hari Minggu, Pence berencana mengumumkan langkah konkret dan berbagai tindakan untuk menyelesaikan krisis dalam pertemuan tersebut.

Sementara itu, Kolombia dan Brasil menyatakan akan meningkatkan tekanan terhadap Maduro untuk melepaskan kekuasannya. Presiden AS Donald Trump tidak mengesampingkan tanggapan bersenjata terhadap krisis Venezuela.

Sementara itu, pada hari Minggu, kapal yang mengangkut bantuan AS dari Puerto Rico ke Venezuela dipaksa berlabuh di pulau kecil Curacao setelah dicegat tentara angkatan laut Venezuela di pesisir utara.

Kapal tersebut dilaporkan mengangkut sembilan kontainer bermuatan makanan dan obat-obatan.

Maduro, yang menyatakan dirinya sebagai presiden yang sah dan didukung oleh sekutu kunci perekonomian termasuk Rusia, Kuba, dan China, memperingatkan bahwa pengiriman bantuan asing dapat membuka jalan bagi intervensi militer AS.

Guaido, yang mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara bulan lalu, menentangnya dengan mengatakan dugaan ketidakberesan pemilu Venezuela 2018 menggambarkan ketidaksahan kepemimpinan Maduro.

Sabtu lalu pihak oposisi Venezuela bermaksud membawa truk berisi bantuan kemanusiaan secara damai melalui kawasan perbatasan Brasil dan Kolombia.

Guaido berjanji bantuan akan masuk ke negeri tersebut pada hari Sabtu. Menanggapi hal tersebut, Maduro lantas menutup sebagian kawasan perbatasan Venezuela.

Warga sipil berusaha menyebrangi perbatasan untuk mendapatkan perbekalan berupa makanan dan obat-obatan, namun upaya tersebut dengan cepat berubah menjadi aksi kekerasan berdarah.

Para tentara menembaki warga sipil, menggunakan campuran amunisi langsung dan peluru karet.

Rekaman video memperlihatkan tentara Venezuela menabrakkan kendaraan lapis baja mereka ke gerbang perbatasan dengan Kolombia untuk membuat kerusakan.

Dalam video lainnya yang diunggah ke media sosial tampak empat tentara yang secara terang-terangan menolak kepemimpinan Maduro dan mengumumkan dukungan mereka bagi Guaido.

Guaido menjanjikan amnesti bagi para pembelot jika mereka bergabung dengan "sisi benar dalam sejarah" itu.

Sabtu lalu, pemerintah Kolombia memperkirakan jumlah korban luka-luka akibat bentrokan di daerah perbatasan tersebut mencapai angka 300 orang.

Bantuan kemanusiaan yang menumpuk di Kolombia dan Brasil berada di jantung persaingan antara Maduro dan Guaido yang berawal dari terpilihnya kembali Maduro sebagai presiden pada pemilu 2018 lalu.

Selama beberapa tahun, Venezuela berada di tepi jurang krisis politik dan ekonomi.

Tingkat inflasi yang tak terkontrol menyebabkan melonjaknya harga komoditas, membuat banyak warga Venezuela kesulitan memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.

Lebih dari tiga juga orang meninggalkan Venezuela dalam beberapa tahun terkahir, menurut Komisioner Tinggi PBB untuk pengungsi UNHCR.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut