Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Viral, Gedung Petronas Tower 3 Kuala Lumpur Terbakar
Advertisement . Scroll to see content

Pengakuan Pengungsi Muslim Rohingya: Lebih Baik Mati Tenggelam di Laut

Selasa, 05 Mei 2020 - 15:07:00 WIB
Pengakuan Pengungsi Muslim Rohingya: Lebih Baik Mati Tenggelam di Laut
Pengungsi Rohingya diselamatkan setelah berminggu-minggu terombang-ambing di lautan (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

COX’S BAZAR, iNews.id - Semakin banyak pengungsi muslim Rohingya yang meninggalkan kamp-kamp pengungsian di Bangladesh untuk mencari kehidupan lebih baik di Asia Tenggara.

Salah satu pengungsi tersebut adalah Shahab Uddin yang berjuang ke Malaysia pada Februari lalu dengan mengarungi lautan menggunakan kapal kayu.

Ganasnya kondisi perjalanan hampir membunuhnya serta ratusan pengungsi lain.

Pria berusia 20 tahun itu termasuk di antara hampir 400 orang yang diselamatkan dari perairan dalam kondisi kelaparan dan trauma setelah kapal mereka gagal mencapai Malaysia.

Shahab menghabiskan waktu beberapa pekan sebelum kembali ke Bangladesh pada pertengahan April.

PBB meminta pemerintahan untuk membiarkan kapal-kapal pengungsi Rohingya mendarat. Namun sentimen anti-pengungsi melonjak di Malaysia ditambah kebijakan penutupan perbatasan untuk mencegah penyebaran virus corona.

Shahab mengatakan, ada puluhan atau 100 lebih pengungsi dalam rombongannya yang meninggal dalam perjalanan itu.

Dia menggambarkan ratusan laki-laki, perempuan, dan anak-anak, berdesakan di atas kapal, tidak bisa bergerak. Mereka tak punya pelindung untuk menghindari dari hujan dan teriknya sengatan matahari.

Para korban mulai berjatuhan setelah persediaan makanan dan air minum habis. Jasad pengungsi yang meninggal kemudian dilempar ke laut.

“Saya kira tidak akan bisa pulang hidup-hidup. Saya kangen keluarga, terutama orangtua,” ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/5/2020).

Keinginn untuk pergi dari Bangladesh tak lepas dari kondisi di negara itu. Shahab mencari uang dengan menarik tuk-tuk, namun orang-orang tak mau menggunakan jasanya karena sebagai pengungsi.

Pemerintah Bangladesh juga membatasi akses internet dan ponsel serta memasang kawat berduri di sekitar kamp dengan alasan keamanan. Kamp pengungsi pun sudah seperti penjara.

"Saya kira pergi ke Malaysia dengan cara apa pun setidaknya akan menyelamatkan saya. Banyak yang berhasil ke Malaysia dan kehidupannya lebih baik,” tuturnya.

Penderitaan sudah dirasaka begitu mereka berangkat.

"Kami hampir tidak bisa makan apa pun. Anak-anak kecil menangis minta air,” tuturnya.

Setelah sepekan kapal tiba di lepas pantai Malaysia. Di sana mereka hanya terapung di laut menunggu selama beberapa hari untuk mendapat kepastian bisa merapat.

Kenyataan pahit pun diterima, seseorang mengatakan mereka tak diterima masuk Malaysia dan harus kembali ke Bangladesh.

Di perjalanan pulang menyeberang Telk Benggala, kata Shahab, kapal diterjang badai.

"Kami menghadapi badai tiga kali," ujarnya.

Pengungsi lain, Hassan, mengatakan, beberapa penumpang yang putus asa mulai minum air laut. Mereka tampaknya berhalusinasi karena mengatakan air laut menjadi manis. Tidak sedikit yang kemudian melompat ke laut dan tak pernah kembali.

"Banyak yang melompat ke air, semua orang mengatakan jauh lebih baik mati di laut dibandingkan di kapal,” kata Hassan.

Sementara itu para penumpang yang kondisinya lebih baik hanya bisa berpegangan sambil menangis dan berdoa.

Saat kapal tiba di Myanmar, ada harapan setidaknya mereka bisa mendapatkan makanan. Namun otoritas Myanmar tak membolehkan mereka berlabuh.

"Semakin banyak yang sekarat dan akan dibuang ke laut. Saya mulai bertanya-tanya kapan giliran saya mati,” tuturnya.

Para pengungsi akhirnya memaksa kapten untuk membawa mereka kembali ke Bangladesh. Dalam satu malam, mereka mendarat dan siap memulai kehidupan seperti sedia kala.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut