Pengguna Vaksin Sinovac Bisa Lebih Kebal Pakai Booster Pfizer dan AstraZeneca, Ini Buktinya
LONDON, iNews.id - Hasil penelitian mengungkap penerima dosis pertama dan kedua vaksin Covid-19 Sinovac cocok menggunakan Pfizer, AstraZeneca, atau Johnson & Johnson, sebagai suntikan booster. Ketiga vaksin itu terbukti mampu meningkatkan kadar antibodi secara signifikan.
Studi yang dilakukan para ahli Universitas Oxford, Inggris, dan Brasil mengungkap pengguna vaksin Sinovac akan menerima dorongan kuat dari suntikan jenis vektor dan mRNA dalam melawan berbagai varian Covid-19, termasuk Omicron dan Delta.
Vaksin Sinovac bekerja dengan memanfaatkan strain virus corona yang tidak aktif untuk mengajari tubuh melawan virus. Produk buatan China itu sudah mendapat persetujuan oleh lebih dari 50 negara, di antaranya Indonesia, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, Malaysia, dan Turki.
Sementara vaksin vektor seperti digunakan AstraZeneca dan Johnson & Johnson menggunakan versi virus yang sudah dilemahkan. Virus tersebut akan mengajari tubuh untuk memproduksi protein yang bisa merespons sistem imunitas. Kemudian tubuh manusia akan menghasilkan antibodi untuk melawan virus corona.
Berbeda halnya dengan vaksin mRNA Pfizer yang mengirimkan instruksi melalui transkrip genetik untuk bisa menghasilkan protein sehingga tubuh bisa membentuk sistem imun dan bertahan melawan infeksi.
"Studi ini memberikan pilihan penting bagi pembuat kebijakan di banyak negara di mana jenis vaksin (dari strain virus corona) tidak aktif digunakan," kata Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group yang memimpin studi, seperti dikutip dari Reuters, Senin (31/1/2022).
Berdasarkan penelitian di Brasil, penggunaan vaksin Sinovac sebagai dosis ketiga sebenarnya juga bisa meningkatkan antibodi, namun hasil yang lebih baik bisa didapat jika dipadukan dengan vaksin lain.
Penelitian melibatkan 1.240 relawan di Kota Sao Paulo dan Salvador, Brasil, mengungkap antibodi pada tubuh penerima dosis pertama dan kedua Sinovac menjadi rendah sebelum mendapatkan booster. Tingkat antibodi turun menjadi hanya 20,4 persen pada orang berusia 18 sampai 60 tahun dan hanya 8,9 persen pada kalangan berusia di atas 60 tahun.
Namun antibodi mereka meningkat secara signifikan setelah menerima suntikan booster, sebagaimana hasil penelitian yang diterbitkan jurnal medis Lancet.
Editor: Anton Suhartono