Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Israel Terus Langgar Gencatan Senjata Gaza, Netanyahu Permalukan Trump
Advertisement . Scroll to see content

Penutupan Pemerintahan Masuki Bulan ke-2, Politik AS Makin Tak Menentu

Jumat, 25 Januari 2019 - 10:00:00 WIB
Penutupan Pemerintahan Masuki Bulan ke-2, Politik AS Makin Tak Menentu
Kubah Gedung Capitol di Washington. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Penutupan sebagian operasi pemerintahan Amerika Serikat (AS) memasuki bulan kedua. Namun, belum ada satu pihakpun yang merasa yakin mengenai dampak jangka panjangnya terhadap politik.

Jajak pendapat umum menunjukkan, kini lebih banyak orang AS yang menyalahkan Presiden Donald Trump daripada menyalahkan partai Demokrat, dan pertikaian ini menjadi semacam cetak biru pertarungan dalam pilpres 2020 mendatang.

Pegawai pemerintah antre untuk mendapatkan bahan makanan gratis di Washington. Ini benar-benar pertolongan yang diberikan pada saat yang tepat.

Belum tampak tanda-tanda penutupan pemerintahan (shutdown) akan segera berakhir. Secara politis, kedua kubu yang bertikai tampaknya semakin bersikukuh.

Trump tetap bersikeras mengenai pendanaan bagi pembangunan tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.

"Saya berharap Ketua DPR Nancy Pelosi dapat datang dan menyadari apa yang diketahui semua orang, dan tak peduli siapapun dia, mereka tahu bahwa tembok itu efektif, dan kita membutuhkan tembok," kata Trump, seperti dilaporkan Associated Press, Jumat (25/1/2019).

Para anggota partai Demokrat tetap tegas menentang pembiayaan tembok, termasuk di antaranya pemimpin Demokrat Chuck Schumer.

"Kami menginginkan simbol Amerika tetap Patung Liberty, kebebasan, kesetaraan, bukan tembok pemisah. Dan kami akan berjuang untuk itu. Kami akan berjuang untuk itu," tegas Schumer.

Mereka yang masih terperangkap di tengah-tengah situasi tak menentu adalah para pegawai pemerintah, baik yang dirumahkan maupun yang bekerja tanpa menerima gaji, seperti agen Biro Penyelidik Federal (FBI).

"Agen-agen FBI tidak seharusnya bekerja di toko untuk mengisi rak-rak karena mereka tidak dapat memberi makan keluarga mereka dengan pekerjaan mereka sebagai pegawai pemerintah," kata seorang agen FBI, Tom O’Connor.

Secara politis, Jim Kessler dari lembaga kajian kebijakan publik yang berbasis di Washington, Third Way, menyebut 'shutdown; tidak menguntungkan siapapun.

Dia menjelaskan bahwa Trump, Kongres, hingga pegawai federal yang bekerja tanpa dibayar, semuanya kalah dalam hal ini.

"Demokrat tidak benar-benar ingin mendanai janji kampanye Donald Trump yang mengatakan bahwa Meksiko akan membayar tembok itu, jadi kita terkunci dalam duel sekarang ini dan harus ada yang mencari jalan keluar yang kreatif," kata Jim Kessler dari Third Way.

John Fortier, dari lembaga kajian Bipartisan Policy Center, mengatakan beberapa jajak pendapat baru-baru ini lebih banyak menyalahkan Trump ketimbang Demokrat terkait shutdown.

Menurutnya, kedua pihak merasa basis pendukung mereka secara prinsip berkomitmen pada apa yang menjadi perbedaan di antara mereka dan inilah yang menyebabkan upaya menyelesaikan masalahnya semakin sulit.

Demokrat, kata dia, juga tampaknya kompak menentang presiden.

Larry Sabato, pengamat politik dari University of Virginia, mengatakan saat ini tidak ada pihak yang bersedia mengalah. Menurutnya, sulit melihat bagaimana perselisihan ini akan berakhir, namun kedua pihak harus bersedia berkompromi.

Para analis memprediksi kebuntuan yang menyebabkan shutdown ini dapat menentukan pemerintahan yang terpecah dalam dua tahun mendatang dan juga kemungkinan besar menjadi pratinjau mengenai kampanye presiden AS berikutnya pada pilpres 2020.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut