Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Daftar 8 Perang dan Konflik yang Dihentikan Trump, dari Gaza hingga Sengketa Sungai Nil
Advertisement . Scroll to see content

Perang Thailand Kamboja karena Apa? Mengulas Akar Konflik yang Berkepanjangan

Sabtu, 26 Juli 2025 - 05:40:00 WIB
Perang Thailand Kamboja karena Apa? Mengulas Akar Konflik yang Berkepanjangan
Perang Thailand Kamboja karena Apa? Mengulas Akar Konflik yang Berkepanjangan (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id -  Perang Thailand Kamboja karena apa? Itulah pertanyaan yang kerap muncul di benak banyak orang setelah konflik bersenjata pecah antara dua negara Asia Tenggara ini pada 24 Juli 2025. Memahami akar penyebab perang ini tidak cukup hanya dengan melihat peristiwa terkini, melainkan kita harus menelusuri sejarah panjang dan berbagai faktor nasionalisme, geopolitik, ekonomi, hingga dinamika politik kedua negara yang saling terkait.

Perang Thailand Kamboja Karena Apa?

Pada 24 Juli 2025, perang antara Thailand dan Kamboja pecah dengan pertempuran sengit yang terjadi di beberapa lokasi sepanjang perbatasan yang disengketakan, terutama di sekitar Kuil Ta Moan Thoam di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja, serta di sejumlah provinsi Thailand seperti Surin, Ubon Ratchathani, dan Srisaket. 

Insiden yang meletus pada pagi hari tersebut menewaskan setidaknya 12 hingga 14 orang, mayoritasnya adalah warga sipil termasuk anak-anak, serta melukai beberapa lainnya. 

Korban juga berasal dari kalangan militer, dengan pihak Thailand melaporkan total korban jiwa mencapai 14 orang, termasuk seorang anak laki-laki berusia delapan tahun. Pertempuran ini melibatkan serangan roket dari pihak Kamboja dan respons serangan udara dari Thailand yang menggunakan jet tempur F-16. Thailand menuduh Kamboja sebagai pihak yang memulai tembakan, sementara Kamboja menuding Thailand menggunakan kekuatan berlebihan dan melakukan agresi militer di wilayahnya. 

Akibat eskalasi tersebut, Thailand menutup total akses perbatasan dengan Kamboja dan mengevakuasi sekitar 40.000 warga sipil dari zona konflik. Sebagai respons atas agresi yang terjadi, Kamboja bahkan memutus hubungan diplomatik dengan Thailand. 

Ketegangan semakin diperparah oleh konflik antar elite politik kedua negara yang memperkeruh hubungan bilateral serta menghambat upaya penyelesaian damai yang berkelanjutan. Konflik ini bukan hanya sekadar masalah perbatasan, melainkan juga terkait dengan dinamika geopolitik dan perebutan pengaruh di kawasan regional. 

Di tengah situasi tersebut, Perdana Menteri sementara Thailand menegaskan bahwa belum ada deklarasi perang secara resmi, namun menekankan perlunya segera menghentikan pertempuran agar negosiasi damai dapat dimulai, sementara komunitas internasional terus menyerukan mediasi untuk meredakan konflik.

Awal Mula Konflik: Sengketa Perbatasan Bersejarah

Perang Thailand Kamboja karena apa dapat dilihat dari sengketa wilayah perbatasan yang telah berlangsung lama. Akar utama masalah terletak pada perebutan wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear, sebuah kuil Hindu kuno peninggalan abad ke-11 yang berada di puncak Pegunungan Dangrek, tepat di garis batas negara Thailand dan Kamboja. Kuil ini bukan hanya warisan budaya, tetapi juga simbol kebanggaan dan identitas nasional kedua negara.


Sejarah menunjukkan, sengketa ini berakar sejak masa kolonial Prancis di Indochina. Penetapan perbatasan pasca penjajahan tak pernah benar-benar meredam ketegangan. Bahkan pada 1962, Mahkamah Internasional memutuskan wilayah kuil menjadi milik Kamboja, namun masalah belum usai karena akses utama kuil lebih mudah dari sisi Thailand, sehingga ketegangan tetap terjadi.

Konflik Menguat Karena Nasionalisme dan Simbolisme

Perang Thailand Kamboja karena apa juga berkaitan erat dengan sentimen nasionalisme kedua negara. Kuil Preah Vihear menjadi simbol harga diri nasional yang sangat penting. Masyarakat Kamboja menganggap kuil tersebut milik mereka yang harus dipertahankan, sementara banyak warga Thailand memandangnya sebagai warisan budaya mereka. Media dari kedua pihak tak jarang memanas-manasi situasi dengan propaganda nasionalis yang memperburuk ketegangan.

Ketegangan berulang ketika Kamboja mendaftarkan Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2008, yang disambut dengan protes keras dari pihak Thailand. Hubungan Thailand-Kamboja pun mengalami pasang surut dengan rentetan insiden di area perbatasan sebagai pemicu konflik militer.

Rangkaian Insiden Kekerasan yang Memicu Perang

Pada Mei 2025, eskalasi mulai meningkat ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak dengan pasukan Thailand di wilayah sengketa yang dikenal sebagai "Segitiga Zamrud". 


Serangan ranjau darat juga menewaskan dan melukai prajurit Thailand, memicu serangan balasan dari kedua pihak. Ketegangan ini akhirnya memuncak menjadi perang militer pada 24 Juli 2025.

Pertempuran sengit tidak hanya terjadi di sekitar Kuil Preah Vihear, tetapi juga di beberapa lokasi sepanjang perbatasan, termasuk di sekitar Kuil Ta Moan Thoam di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja, serta wilayah Siam di provinsi Surin, Ubon Ratchathani, dan Srisaket. Konflik ini melibatkan serangan roket dari pihak Kamboja dan respons serangan udara dari Thailand menggunakan jet tempur F-16.

Korban yang berjatuhan mencapai belasan jiwa, mayoritas adalah warga sipil termasuk anak-anak. Thailand melaporkan korban mencapai 14 orang, sementara kedua pihak sama-sama menuding satu sama lain sebagai pihak yang memulai agresi militer. Dampak kemanusiaan amat serius, dengan sekitar 40.000 warga Thailand di wilayah perbatasan dievakuasi, dan Kamboja memutus hubungan diplomatik sebagai reaksi atas eskalasi tersebut.

Kepentingan Strategis dan Ekonomi

Selain persoalan sejarah dan nasionalisme, perang Thailand Kamboja karena apa juga terkait kepentingan ekonomi dan strategis. Wilayah perbatasan di sekitar Kuil Preah Vihear kaya akan potensi sumber daya alam, termasuk tambang yang belum tergali secara optimal. Lokasinya yang strategis juga menjadi jalur penting logistik dan perdagangan kedua negara.

Kedua negara sama-sama berusaha mengamankan klaim wilayah karena selain soal kebanggaan nasional, ada aspek pengaruh geopolitik dan penguasaan sumber daya yang vital bagi pembangunan dan keamanan nasional. Konflik ini pun terkesan digunakan oleh elit politik kedua negara untuk memperkuat posisi domestik dengan memanfaatkan sentimen nasionalisme yang menyala.

Dinamika Diplomasi dan Tantangan Penyelesaian Konflik

Ketegangan bersenjata antara Thailand dan Kamboja tidak pernah lepas dari upaya diplomasi regional maupun internasional, baik secara bilateral, ASEAN, maupun PBB. Meski begitu, solusi damai yang dicapai sering bersifat sementara dan rapuh. Gencatan senjata dan penarikan pasukan yang terjadi berulang kali tidak menyentuh akar persoalan.


Politik dalam negeri kedua negara yang kompleks, konflik antar elit politik, dan tekanan geopolitik regional kerap menghambat kesepakatan damai permanen. Selain itu, perang ini juga menimbulkan dampak negatif pada sektor ekonomi, perdagangan, hingga kehidupan sosial masyarakat sepanjang perbatasan yang kehilangan mata pencaharian akibat penutupan akses lintas negara.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut