Perdana, Negara-Negara Arab Desak Hamas Lucuti Senjata dan Serahkan Gaza
NEW YORK, iNews.id - Negara-negara Arab dan Muslim, termasuk Qatar, Arab Saudi, dan Mesir, untuk pertama kalinya merilis seruan bersama kepada Hamas untuk melucuti senjata dan melepaskan kekuasaan di Jalur Gaza. Hal ini sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri perang di wilayah tersebut.
Melansir CNN, Liga Arab yang beranggotakan 22 negara, seluruh Uni Eropa, dan 17 negara lainnya mendukung deklarasi yang ditandatangani pada konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diselenggarakan bersama Arab Saudi dan Prancis pada, Selasa (29/7/2025).
Pertemuan yang berlangsung di New York tersebut bertujuan untuk membahas penyelesaian damai masalah Palestina dan implementasi solusi dua negara. Deklarasi tersebut menjabarkan langkah-langkah yang menurut para deklarator harus diambil selanjutnya.
“Tata kelola, penegakan hukum, dan keamanan di seluruh wilayah Palestina harus sepenuhnya berada di tangan Otoritas Palestina, dengan dukungan internasional yang memadai,” demikian bunyi deklarasi bersama tersebut dikutip, Kamis (31/7/2025).
Deklarasi tersebut juga menuliskan, dalam konteks mengakhiri perang di Gaza, Hamas harus mengakhiri kekuasaannya di wilayah tersebut dan menyerahkan persenjataannya kepada Otoritas Palestina dengan keterlibatan dan dukungan internasional, sejalan dengan tujuan Negara Palestina yang berdaulat dan merdeka.
Selain itu, deklarasi tersebut juga mengutuk serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 dan mengusulkan pengerahan misi stabilisasi internasional sementara atas undangan Otoritas Palestina dan di bawah naungan PBB.
“Kami menyambut baik kesediaan beberapa negara anggota untuk berkontribusi dalam bentuk pasukan,” bunyi dokumen tersebut.
Prancis, yang menjadi salah satu ketua konferensi, menyebut deklarasi tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.
Berbicara di PBB pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis, Jean-Noël Barrot mengatakan, Arab Saudi dan negara-negara Arab dan Muslim untuk pertama kalinya mengutuk aksi teror pada 7 Oktober dan menyerukan pelucutan senjata Hamas dan menyatakan harapan mereka untuk menormalisasi hubungan dengan Israel pada waktunya.
Sementara itu, kedua mediator dalam negosiasi gencatan senjata, Qatar dan Mesir, telah mempertahankan hubungan dengan Hamas dan Israel selama perang.
Pada bulan Maret, rencana untuk Gaza yang dirumuskan oleh Mesir telah mengecualikan Hamas dari pemerintahan daerah kantong tersebut setelah perang berakhir, sebagaimana terlampir dalam draf rencana yang diperoleh CNN.
Rencana tersebut dibahas oleh para pemimpin Arab yang bertemu di Kairo dalam sebuah pertemuan puncak darurat. Presiden Mesir mengusulkan pembentukan komite Palestina untuk sementara waktu untuk memerintah Gaza, mengambil alih kekuasaan dari Hamas dan akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada Otoritas Palestina.
Sebelumnya, Arab Saudi telah berulang kali mendorong solusi dua negara. Sementara itu, Prancis mengatakan akan mengakui negara Palestina pada bulan September, yang membuat Israel kecewa.
Inggris juga mengatakan akan mengakui negara Palestina pada bulan September, kecuali Israel menyetujui gencatan senjata di Gaza. Baik Israel maupun Amerika Serikat (AS) mengecam pernyataan Prancis dan Inggris.
Namun, Hamas belum menunjukkan tanda-tanda akan melepaskan kekuasaan di wilayah kantong tersebut, meskipun para pejabat di dalam kelompok militan tersebut sebelumnya telah memberikan pernyataan yang kontradiktif tentang peran gerakan tersebut di Gaza pascaperang.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan keras menentang solusi dua negara, dengan alasan bahwa solusi tersebut tidak sesuai dengan keamanan negaranya.
Editor: Aditya Pratama