Perdana, Sekolah Negeri Prancis Berlakukan Aturan Seragam untuk Siswa
PARIS, iNews.id - Saat siswa sekolah dasar kembali dari liburan musim gugur, beberapa anak yang berada di sebuah kota di wilayah timur Paris mengenakan kaus berkerah dan sweater berwarna biru cerah.
Itu merupakan seragam pertama yang pernah terlihat di sekolah negeri di Prancis.
Banyak negara di seluruh dunia menuntut pemakaian seragam sekolah. Namun, hal itu jarang diberlakukan di sebagian besar wilayah Eropa, kecuali Inggris.
Langkah sangat simbolis yang diambil para pejabat Provins itu muncul saat Prancis bergumul dengan bagaimana menutup kesenjangan prestasi antara anak-anak dari keluarga miskin dan kaya.
Pada Juni lalu, sebesar 62 persen orangtua di Provins memilih mendukung seragam yang dihiasi dengan lambang Cesar Tower yang terkenal di kota abad pertengahan itu dengan semboyan Perancis "Liberty, Equality, Fraternity".
Namun hanya beberapa anak yang mengenakan seragam baru pada Senin (5/11/2018) pagi waktu setempat. Pasalnya, para pejabat belum bertindak jauh dengan membuat pemakaian seragam sebagai kewajiban.
"Saya sedikit khawatir. Tapi saya menyukainya, karena kita berpakaian seperti di 'Harry Potter'," kata Noe (8), seorang siswa yang baru pertama kali mengenakan seragam, seperti dilaporkan AFP, Selasa (6/11/2018).
Dengan uang 137 euro atau sekitar Rp2,2, juta, satu setel seragam mencakup celana panjang dan jaket model aviator. Subsidi tersedia bagi keluarga yang tidak mampu membeli seragam.
"Sekitar separuh siswa akan memakainya," kata Wali Kota Olivier Lavenka.
"Ini percobaan, dan dalam beberapa tahun kita akan lihat bagaimana hasilnya."
Seragam tradisional dilestarikan oleh sekolah-sekolah swasta, juga lembaga-lembaga Katolik di bagian-bagian Kota Prancis yang lebih maju.
Namun baru-baru ini lebih banyak orangtua menyerukan agar seragam dijadikan cara mempromosikan kesetaraan sosial, khususnya di lingkungan campuran. Seragam juga bisa menjadi alat untuk meredakan kebencian yang dipicu perbedaan status melalui seragam yang dikenakan anak-anak.
Editor: Nathania Riris Michico