Pertama di Dunia, Pasien RS Meninggal Dunia akibat Serangan Siber
BERLIN, iNews.id - Seorang perempuan pasien meninggal dunia setelah rumah sakit tempat dia seharusnya menjalani perawatan tidak dapat menerimanya karena akses data diblokir pelaku peretasan.
Peristiwa di Rumah Sakit Universitas Dusseldorf, Jerman, itu terjadi pada 10 September. Petugas RS tak mendapat data korban sehingga tak bisa diterima meskipun kondisi pasien sudah kritis.
Akibatnya korban dilarikan ke rumah sakit di Wuppertal yang jaraknya sekitar 32 kilometer, namun tidak dapat bertahan dan meninggal setelah 1 jam telantar, seperti dikutip dari The Sun, Minggu (20/9/2020).
Kasus kematian pasien tersebut diyakini sebagai yang pertama di dunia disebabkan oleh serangan siber.
Kepolisian Dusseldorf menggelar penyelidikan untuk mengungkap jati diri peretas dan akan menjeratnya dengan dakwaan pembunuhan.
Peretasan tersebut diyakini salah sasaran. Pelaku kemungkinan mengincar Universitas Heinrich Heine yang berafiliasi dengan rumah sakit Universitas Dusseldorf.
Serangan ransomware berlangsung di mana pelaku memblokir akses data rumah sakit serta mengancam akan memublikasikannya jika mereka tidak mendapat uang tebusan.
Pelaku serangan awalnya tidak menyebut jumlah uang yang diminta, melainkan hanya meninggalkan pesan kepada target agar menghubunginya.
Rumah sakit pun menghubungi polisi yang kemudian ditindaklanjuti dengan menghubungi peretas.
Namun setelah petugas memberi tahu bahwa peretasan itu membuat nyawa pasien terancam, pelaku mengurungkan niat lalu memberikan kunci digital kepada polisi untuk mencabut pemblokiran data.
Menteri Kehakiman Negara Bagian North Rhine Westphalia Peter Biesenbach dalam laporannya mengungkap, para pelaku tidak dapat dihubungi lagi setelah percakapan itu.
Berdasarkan pemeriksaan sementara, polisi mendapati adanya kelemahan pada perangkat lunak keamanan yang digunakan dalam sistem komputer rumah sakit sehingga rentan terhadap serangan.
Sampai beberapa hari setelah kejadian, sistem teknologi informasi rumah sakit masih terdampak peretasan tersebut.
Editor: Anton Suhartono