Perusahaan Energi Nuklir Bill Gates Garap PLTN Canggih di Uni Emirat Arab
DUBAI, iNews.id - Perusahaan energi nuklir milik Bill Gates menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) untuk studi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berteknologi tinggi. Perusahaan reaktor nuklir Gates, TerraPower, dan perusahaan energi nuklir UEA, ENEC, Senin (4/12/2023), meneken kesepakatan untuk melakukan studi pengembangan.
Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua perusahaan tersebut merupakan upaya UEA untuk menambah kapasitas energi nuklirnya.
Selain itu, penggunaan energi nuklir sejalan dengan keinginan 20 lebih negara di pertemuan iklim COP28 Dubai untuk meningkatkan pengembangan nuklir hingga tiga kali lipat pada dekade ini. Tujuan penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik tak lain untuk memerangi perubahan iklim dari penggunaan sumber konvensional.
"Bagi UEA, kami mengupayakan masa depan dengan elektron dan molekul bersih yang akan mewujudkannya dengan reaktor-raktor canggih," kata CEO ENEC, Mohamed Al Hammadi, dikutip dari Reuters.
Sementara itu CEO TerraPower Chris Levesque mengatakan, penggunan teknologi nuklir berteknologi tinggi sangat penting guna memenuhi target dekarbonisasi global.
UEA saat ini memiliki satu pembangkit PLTN konvensional yakni berada di dekat Abu Dhabi. Fasilitas itu mulai memproduksi listrik pada 2020.
Sementara TerraPower sedang menggarap proyek percontohan untuk reaktor Natrium canggih di Negara Bagian Wyoming, AS, dan diharapkan akan beroperasi pada 2030.
Kesepakatan TerraPower dan UEA berisi penjajakan menggunakan reaktor nuklir canggih untuk penyimpanan listrik di jaringan, penyediaan energi untuk memproduksi hidrogen, serta dekarbonisasi pabrik batu bara, baja, dan aluminium.
Reaktor canggih berarti memiliki ukuran lebih kecil, lebih mudah dibangun, dan lebih dinamis dibandingkan PLTN konvensional. PLTN canggih ini dianggap sebagai pelengkap dari sumber tenaga listrik ramah lingkungan lainnya seperti pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang juga sedang berkembang pesat.
Salah satu kendala yang bakal dihadapi dalam proyek ini adalah reaktor Natrium milik TerraPower memerlukan bahan bakar uranium yang sudah mendapat pengayaan uranium berkadar tertentu atau HALEU yang produsen utamanya saat ini adalah Rusia.
Proyek TerraPower di Wyoming terpaksa ditunda akibat terhambatnya pasokan HALEU dipicu invasi Rusia ke Ukraina. Meski demikian beberapa pejabat mengatakan AS akan memproduksi bahan bakar tersebut dalam 10 tahun.
Editor: Anton Suhartono