Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rumania Borong 18 Jet Tempur F-16 Belanda Cuma Seharga Rp19.200, Ternyata Bukan untuk Perang
Advertisement . Scroll to see content

Pidato Emosional, Raja Belanda Willem-Alexander Minta Maaf atas Perbudakan Masa Penjajahan

Sabtu, 01 Juli 2023 - 20:47:00 WIB
Pidato Emosional, Raja Belanda Willem-Alexander Minta Maaf atas Perbudakan Masa Penjajahan
Raja Belanda Willem-Alexander menyampaikan pemintaan maaf atas keterlibatan keluarga kerajaan dalam praktik perbukadan selama masa penjajahan (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

AMSTERDAM, iNews.id - Raja Belanda Willem-Alexander menyampaikan pemintaan maaf secara resmi atas keterlibatan keluarga kerajaan dalam praktik perbukadan selama masa penjajahan. Pada Desember 2022, Perdana Menteri Mark Rutte lebih dulu menyampaikan permintaan maafnya atas nama pemerintah.

Raja Willem-Alexander menyampaikan permintaan maaf itu di Oosterpark, Amsterdam, Sabtu (1/7/2023), dalam pidato peringatan 150 tahun penghapusan perbudakan di Belanda.

“Hari ini saya berdiri di hadapan Anda. Hari ini, sebagai Raja Anda dan sebagai anggota pemerintah, saya menyampaikan permintaan maaf ini sendiri. Saya merasakan beban kata-kata di hati dan jiwa saya,” kata Raja Willem-Alexander, dalam pidatonya yang emosional, seperti dilaporkan kembali Associated Press.

Dia telah menugaskan tim untuk melakukan studi tentang peran keluarga kerajaan Orange-Nassau dalam perbudakan di Belanda.

“Tapi hari ini, pada peringatan ini, saya meminta maaf atas kegagalan yang nyata dalam menghadapi kejahatan terhadap kemanusiaan ini,” ujarnya, menambahkan.

Suara Willem-Alexander pecah karena emosi saat menyelesaikan pidatonya sebelum meletakkan karangan bunga di monumen perbudakan nasional di Amsterdam.

Raja Willem-Alexander ditemani oleh istrinya, Ratu Maxima, saat menyampaikan permintaan maaf atas nama keluarga kerajaan.

Belanda sebenarnya pertama kali menghapuskan perbudakan di Suriname dan negara koloni lainnya di Karibia pada 1 Juli 1863 atau 160 tahun lalu. Meski demikian, sebagian besar buruh yang diperbudak masih dipaksa bekerja di perkebunan negara-negara koloni selama 10 tahun lagi. 

Pidato Raja Willem tersebut menandai dimulainya peringatan 150 tahun di mana Belanda benar-benar menghapuskannya yakni 1 Juli 1873.

Permintaan maaf ini tak lepas dari penelitian komisi khusus yang dibentuk pemerintah Belanda mengenai peran negara itu dalam perbudakan di masa penjajahan. Hasil penelitian yang dipublikasikan bulan lalu mengungkap, nenek moyang raja memperoleh penghasilan yang nilainya setara dengan 545 juta euro atau sekitar Rp9 triliun di masa modern, dari perbudakan.

Sejarah penjajahan Belanda mendapat sorotan dan kritik setelah pembunuhan George Floyd, seorang pria kulit hitam, di Minneapolis, Amerika Serikat, yang tewas pada 25 Mei 2020 di tangan polisi kulit putih. Kematiannya memicu gerakan Black Lives Matter di penjuru dunia.

Pada 2021 Belanda menggelar pameran di museum seni dan sejarah nasional yang menampilkan perbudakan di masa penjajahan. Pada tahun yang sama, sebuah laporan menyebut keterlibatan Belanda dalam perbudakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan serta mengaitkannya dengan rasisme institusional yang sedang berlangsung di Belanda.

Karwan Fatah-Black, pakar sejarah kolonial Belanda yang juga asisten profesor di Universitas Leiden, mengatakan Belanda pertama kali terlibat dalam perdagangan budak trans-Atlantik pada akhir 1500-an, bahkan ikut memperdagangkan budak pada pertengahan tahun 1600-an. Perusahaan Hindia Barat Belanda pun menjadi pedagang budak trans-Atlantik terbesar.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut