Pilpres Turki Putaran Kedua, Kemenangan Kandidat Ada di Tangan Ekspatriat dan Korban Gempa
ANKARA, iNews.id - Kemenangan calon presiden dalam pilpres Turki putaran kedua bisa jadi berada di tangan korban gempa dan para ekspatriat. Siapakah nanti yang akan keluar sebagai pemenang, Islamis moderat Recep Tayyip Erdogan, atau saingan sosial demokratnya, Kemal Kilicdaroglu?
Sekitar 1,86 juta orang Turki di luar negeri telah memberikan suaranya dalam pilpres putaran kedua. Suara mereka dapat menjadi sangat penting bagi kandidat presiden.
Selain itu, para capres juga masih terus memperebutkan suara dari para korban gempa di Turki bagian selatan.
Dilansir dari euronews, Presiden Recep Tayyip Erdogan berharap para pemilih di wilayah gempa akan mendukung pesan Islam moderatnya. Meskipun banyak warga korban gempa marah atas tindakan pemerintah yang dinilai lambat saat gempa terjadi.
Di Kota Antakya yang dilanda gempa yang parah, tanggapan dari pemerintahan Erdogan dinilai telah membuat marah orang.
“Bagi saya, ini bukan urusan partai. Saya akan memilih siapa pun untuk menyingkirkannya (Erdogan). Itu bisa saja Kiliçdaroglu atau orang lain, saya tidak peduli. Orang ini (Erdogan) mengubur kami hidup-hidup, dia tidak membantu kami, sampai hari ini saya tidak mendapatkan bantuan!" kata seorang warga Sema Sicek.
Namun nyatanya, pada pemilu 14 Mei, jutaan orang di wilayah korban gempa malah memilih Erdogan lagi. Kemungkinan, mereka akan memilihnya lagi nanti pada pilpres putaran kedua, Minggu (28/5/2023).
Kemampuan Erdogan untuk mempertahankan dukungan di seluruh zona bencana tenggara Turki berkontribusi pada kekalahan Kiliçdaroglu di putaran pertama.
"Saingan sekuler Erdogan, Kemal Kilicdaroglu, tidak memberi Anda harapan. Di sisi lain, Anda memiliki aliansi (Erdogan) yang menepati janji mereka," kata warga korban gempa, Ahmet Gulyildizoglu di depan hamparan puing gedung apartemen tempat tinggalnya dulu.
Sementara itu, seorang profesor di Universitas Sabanci Istanbul, Berk Esen menyebut, rebound pemilihan Erdogan tidak terlalu mengejutkan. Dia berargumen bahwa wilayah itu dipenuhi oleh pemilih yang memercayai penjelasan Erdogan bahwa tingginya jumlah korban tewas disebabkan oleh persitiwa alam yang tidak dapat dihindari dan bukan kelalaian negara atas standar bangunan yang lemah.
"Selain itu, oposisi tidak banyak berkampanye di daerah tersebut dan tidak dapat menawarkan pesan alternatif yang kredibel," katanya.
Sebagai tanggapan, Kilicdaroglu telah mengeluarkan nada nasionalis yang keras. Dia berjanji untuk mengusir jutaan warga Suriah dan migran lainnya.
Pesan tersebut bergema di kota-kota perbatasan Suriah seperti Antakya. Di wilaayh itu, banyak warga Suriah melarikan diri saat perang melanda negara mereka sendiri.
Tim kampanye Kilicdaroglu telah menempelkan kota itu dengan poster-poster yang menyebut 'Orang-orang Suriah akan pergi'.
"Kami tidak akan mengubah Turki menjadi gudang bagi para migran," kata kandidat berusia 74 tahun itu dalam kunjungan ke Antakya pada Selasa lalu.
Namun demikian, trik Kilicdaroglu mungkin tidak cukup, atau mungkin menjadi bumerang. Dia bahkan dicap anti-Turki dan anti-Muslim.
"Kiri Turki tidak lagi sama. Mereka telah menjadi anti-Turki, anti-Muslim," kata pemilih Omer Edip Aslantas di Kirikhan, Distrik Hatay utara yang mendukung Erdogan.
Editor: Umaya Khusniah