PPI Australia Gelar Konferensi Internasional Bahas Masa Depan Hubungan 2 Negara
“Indonesia dan Australia terhubung oleh geografi atas pilihan. Kita (Australia dan Indonesia) tidak dapat dan tidak akan memiliki kawasan yang kita butuhkan tanpa Indonesia yang kuat dan makmur," demikian petikan pidato Penny Wong, sebagaimana disampaikan Conroy.
Tema untuk sesi plenary ketiga Arsitektur Kedokteran dan Kesehatan, dipimpin oleh Lailaturrahmi, kandidat PhD Pendidikan Farmasi, Monash University. Julie Bines dari University of Melbourne berbagi pengalamannya tentang pengembangan vaksin rotavirus neonatal sebagai hasil kolaborasi Indonesia-Australia.
Kemudian Anthony Sunjaya, peneliti di George Institute for Global Health, membahas peluang dan refleksi tentang penggunaan kesehatan digital untuk meningkatkan hasil bagi pasien dan sistem kesehatan.
Sesi plenary keempat membahas Keberlanjutan, Pertanian, Teknologi, dan Energi. Sesi ini dipimpin James Zulfan, kandidat PhD Teknik Bendungan dan Sungai UNSW. Pembicara pertama dalam sesi ini adalah Dirgayuza Setiawan, mantan Direktur Pengembangan Bisnis dan Manajemen Portofolio ID Food. Beliau menyampaikan topik tentang keamanan pangan dan keberlanjutan Indonesia menuju generasi emas 2045.
Pembicara kedua adalah Fendi Liem, CEO dan pendiri SEDAYUSolar. Fendi berbagi pengalaman dalam membangun perusahaan Rekayasa Pengadaan Konstruksi Energi Terbarukan (EPC) terkemuka di Indonesia dengan proyek Pembangkit Tenaga Surya dan Mini Hydro di seluruh Indonesia, termasuk daerah terpencil dan kurang terlayani.
Sesi plenary terakhir tentang Keamanan, Hukum, dan Hubungan Internasional yang dimoderatori oleh Wildan Ali. Sesi ini mengundang Kate O’Shaughnessy, Direktur Penelitian di Perth USAsia Centre yang berbagi keterlibatannya dalam hubungan diplomatik Australia-Indonesia.
Di sisi lain, Dubes RI Siswo Pramono membahas posisi Indonesia dalam pertarungan geopolitik: Kebijakan luar negeri yang independen dan aktif untuk pengembangan ekonomi.
Editor: Anton Suhartono