Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Nah, Pengacara Militer Israel Kumpulkan Bukti Kejahatan Perang di Gaza
Advertisement . Scroll to see content

Presiden Putin Tuduh Barat Ingin Jerumuskan Rusia ke dalam Perang

Rabu, 02 Februari 2022 - 06:53:00 WIB
Presiden Putin Tuduh Barat Ingin Jerumuskan Rusia ke dalam Perang
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

MOSKOW, iNews.id – Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Barat sengaja membuat skenario yang dirancang untuk menjerumuskannya ke dalam perang. Dia juga menyebut AS dan para sekutu telah mengabaikan keamanan Rusia atas Ukraina.

“Sudah jelas sekarang bahwa kekhawatiran mendasar Rusia diabaikan,” kata Putin pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, yang sedang berkunjung ke Rusia, Selasa (1/2/2022), seperti dikutip Reuters.

Orban menjadi salah satu dari beberapa pemimpin NATO yang mencoba menengahi konflik Rusia-Ukraina ketika krisis semakin meningkat.

Putin pun menggambarkan seperti apa skenario potensial yang dirancang Amerika Serikat dan para sekutu itu di masa depan. Menurut dia, Ukraina bakal diterima sebagai anggota NATO dan kemudian berusaha untuk merebut kembali Semenanjung Krimea—wilayah yang direbut Rusia pada 2014.

“Mari kita bayangkan Ukraina adalah anggota NATO dan memulai operasi militer ini. Apakah kita harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada yang berpikir ke situ? Rupanya tidak,” kata Putin.

Rusia telah mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di perbatasan Ukraina. Negara-negara Barat pun mengungkapkan kekhawatiran mereka bahwa Putin mungkin berencana untuk menyerang Ukraina.

Rusia menyangkal kecurigaan Barat itu. Akan tetapi, Moskow juga menyatakan pihaknya dapat saja mengambil tindakan militer yang tidak ditentukan sewaktu-waktu, kecuali tuntutan keamanan Rusia dipenuhi oleh Barat. Salah satu tuntutan Rusia itu adalah, NATO jangan lagi memperluas pengaruh militernya ke negara-negara bekas Uni Soviet.

Kremlin ingin Barat menghormati perjanjian yang diteken pada 1999, bahwa tidak ada negara yang dapat memperkuat keamanannya sendiri dengan mengorbankan orang lain. Menurut Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, persoalan inilah yang menjadi inti krisis sebenarnya dalam hubungan negaranya dengan Ukraina.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut