Presiden Trump Sebut Korea Utara Negara Sponsor Terorisme
"Selain mengancam dunia dengan senjata nuklir, Korut berulang kali mendukung tindakan terorisme internasional termasuk membunuh orang asing," ungkap Trump, merujuk pada tewasnya seorang mahasiswa asal AS sepulangnya berlibur dari negara itu.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menegaskan pihaknya belum menyerah untuk menekan Kim agar mau duduk satu meja membahas denuklirisasi. Di sisi lain, pemberian sanksi diharapkan bisa menambah tekanan agar Korut mau berdialog.
Ditambahkannya, sanksi dari berbagai negara selama ini mampu memberikan efek yang signifikan bagi perekonomian Korut, meski China belum menghentikan suplai minyaknya.
"Kami masih berharap melalui jalur diplomasi," tegas Tillerson.
Kekuatan ekonomi Korut, kata dia, semakin melemah. Informasi yang didapatnya dari intelijen, persediaan energi, khususnya bahan bakar, di Korut semakin menipis.
"Kami tahu bahwa pendapatan mereka menurun. Jadi saya kira ini (sanksi) ada efeknya," ungkapnya.
Pada pekan lalu utusan Amerika Serikat Joseph Yun mengadakan pertemuan bilateral dengan perwakilan Korsel untuk perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea, Lee Do Hoon.
Mereka mendesak agar Korea Utara (Korut) mau duduk bersama membahas denuklirisasi.
Selain itu, AS dan Korsel juga mengajak negara lain untuk terlibat dalam pembahasan nuklir Korut di kemudian hari. Semakin banyak negara dan organisasi internasional yang terlibat maka tekanan ke Korut akan bertambah.
Lee dan Joseph menegaskan pihaknya masih mencari solusi diplomatik untuk membawa Korut ke meja perungingan. Dia berharap Pyongyang memberi sinyal untuk mau duduk bersama.
Editor: Anton Suhartono