Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mantan Musuh Jadi Mitra: AS Peluk Suriah demi Stabilitas Timur Tengah
Advertisement . Scroll to see content

Presiden Turki Erdogan Gendong Bayi Simbol Penderitaan Perang Suriah

Senin, 02 April 2018 - 14:02:00 WIB
Presiden Turki Erdogan Gendong Bayi Simbol Penderitaan Perang Suriah
Presiden Erdogan menggendong Karim Abdallah (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

ANKARA, iNews.id - Seorang bayi yang menjadi simbol penderitaan perang sipil di Suriah tiba di perbatasan Turki, Provinsi Hatay, Minggu 1 April 2018. Bayi tersebut kehilangan satu matanya akibat terkena pecahan bom.

Kedatangan bayi bernama Karim Abdallah korban pengeboman rezim Bashar Al Assad di Ghouta Timur itu disambut langsung oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Bahkan, Erdogan sempat menggendong bayi yang kini berusia 6 bulan itu.

"Bayi ini selamat atas nama seluruh anak tak bersalah Suriah korban perang," kata Ketua Bulan Sabit Merah Turki, Karem Kinik, dalam cuitannya di Twitter, seperti dikutip dari AFP, Senin (2/4/2018).

Karim terkena serangan bom pasukan pemerintah Suriah saat usianya masih 5 pekan. Tak hanya mata kirinya yang sudah tak berfungsi lagi, di juga kehilangan daun telinga. Ibunya juga tewas dalam serangan membabi buta pada Oktober 2017 itu.

Dokter yang merawat Karim, Abu Jamil, mengatakan, luka yang dialami Karim memiliki efek jangka panjang. Bahkan Karim terancam cacat seumur hidup.

"Daun telinga bagian depan punya peran penting pada manusia dalam hal memahami sesuatu, kecerdasan, dan ingatan. Luka ini dapat diobati dengan terapi perilaku dan kognitif serta bedah plastik, tetapi tidak di Ghouta," kata Abu Jamil, menerangkan bahwa anak itu dikeluarkan dari Ghouta Timur karena di sana tidak memungkinkan Karim menjalani perawatan.

Ghouta Timur kembali ke pangkuan rezim Suriah yang didukung Uni Soviet dan Iran pada Minggu 1 April, setelah dikuasi kelompok militan sejak beberapa tahun terakhir. Warga Ghouta Timur mengungsi, dan para militan terpaksa meninggalkan "kota neraka" itu sejak 22 Maret. Mereka dipindahkan ke Idlib.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut