Profil Anutin Charnvirakul, Perdana Menteri Thailand Baru yang Pernah Legalkan Ganja
JAKARTA, iNews.id - Profil Anutin Charnvirakul, perdana menteri Thailand yang baru, penting diketahui. Dia memenangkan kursi perdana menteri dalam pemungutan suara di parlemen Majelis Rendah, Jumat (5/9/2025).
Anutin menggantikan Paetongtarn Shinawatra yang dicopot dari jabatannya oleh Mahkamah Konstitusi atas tuduhan pelanggaran etika terkait percakapan telepon dengan mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen. Percakapan telepon itu dilakukan saat kedua negara dilanda konflik perbatasan.
Dalam komentarnya setelah terpilih, Anutin berjanji untuk memulihkan ketertiban di tengah kekacauan dipicu oleh kekosongan kekuasaan di Thailand dalam beberapa bulan terakhir.
Pria 58 tahun itu menang secara meyakinkan atas Chaikasem Nitisiri, kandidat dari partai berkuasa milik keluarga Shinawatra, Pheu Thai. Anutin meraup 311 suara, sementara Chaikasem hanya 152 suara. Dua anggota parlemen tidak memberikan suara dan 27 lainnya abstain.
Anutin lahir pada 13 September 1966 di Bangkok, Thailand. Dia merupakan putra dari Chavarat Charnvirakul, seorang politisi berpengaruh dan pendiri perusahaan konstruksi terkenal, Sino-Thai Engineering and Construction.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di Assumption College, Anutin melanjutkan studi ke Hofstra University, Amerika Serikat, meraih gelar Bachelor of Engineering. Dia juga menempuh program MBA di Thammasat University, ditambah berbagai program eksekutif dan gelar doktor kehormatan di bidang publik, ekonomi, dan manajemen dari sejumlah universitas Thailand.
Sebelum terjun ke dunia politik, Anutin terlibat intens dalam bisnis keluarga. Dia bergabung dengan Sino-Thai menjabat Managing Director pada awal 1990-an dan menjadikan perusahaan tersebut sebagai pemain utama dalam proyek-proyek konstruksi besar, termasuk Bandara Suvarnabhumi.
Karier politiknya dimulai pada era Thai Rak Thai milik Thaksin Shinawatra. Dia pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Kesehatan dan Wakil Menteri Perdagangan sebelum kudeta militer pada 2006 membubarkan partai tersebut, yang juga menghukumnya dengan larangan berpolitik selama 5 tahun.
Setelah masa larangan berakhir, pada 2012 Anutin mengambil alih Partai Bhumjaithai dan membangunnya sebagai kekuatan baru.
Pada pemilu 2019, partainya menjadi bagian penting koalisi pemerintahan dan Anutin diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kesehatan. Dia juga menjadi Menteri Dalam Negeri dalam pemerintahan koalisi tahun 2023.
Sebagai Menteri Kesehatan, Anutin menjadi tokoh kunci dalam manajemen pandemi Covid-19 Thailand, meski sempat menuai kritik atas beberapa komentarnya tentang asal-usul virus dan distribusi vaksin.
Namun, pencapaian paling mencolok adalah inisiatifnya yang sukses mendekriminalisasi ganja pada 2022, langkah revolusioner yang mengundang pujian sekaligus kontroversi, termasuk soal regulasi dan dampaknya terhadap masyarakat.
Kursi perdana menteri diraih Anutin setelah parlemen memilihnya dengan dukungan 311 suara, mengungguli rival dari Partai Pheu Thai, Chaikasem.
Dukungan aliansi dengan People’s Party (Partai Rakyat) sangat menentukan. Dukungan tersebut diberikan dengan syarat Anutin berjanji akan menggelar pemilu baru dalam waktu 4 bulan dan melakukan reformasi konstitusi.
Kemenangan ini menandai momentum besar bagi dinasti Shinawatra, karena Anutin dianggap sebagai figur konservatif dan pragmatis yang sukses melewati konflik ideologis antara kubu pro-Shinawatra dan militer-monarki.
Gaya Kepemimpinan dan Tantangan Ke Depan
Anutin dikenal sebagai politisi yang adaptif dan efisien, mampu menjangkau berbagai lini kekuasaan: dari bisnis, elite konservatif, hingga rakyat perdesaan.
Para pakar menyebut partainya sebagai “power broker” karena fleksibilitas dalam membentuk atau mengubah aliansi politik.
Meski memiliki aura pragmatis, kekuatannya diuji oleh situasi politik yang rapuh, yakni tekanan ekonomi, utang masyarakat, dan struktur pemerintahan yang penuh dinamika.
Masa jabatannya dibatasi oleh janji pemilu dalam waktu singkat, menambah beban kepemimpinannya
Editor: Anton Suhartono