Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Raja Charles Sampaikan Duka Cita untuk Korban Banjir di Indonesia
Advertisement . Scroll to see content

Profil Humza Yousaf Pemimpin Muslim Pertama Skotlandia, Bertekad Merdeka dari Inggris

Senin, 27 Maret 2023 - 21:34:00 WIB
Profil Humza Yousaf Pemimpin Muslim Pertama Skotlandia, Bertekad Merdeka dari Inggris
Humza Yousaf (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id - Skotlandia akan memiliki pemimpin baru seorang Muslim, Humza Yousaf. Ini merupakan sejarah bagi negara semi-otonom tersebut karena untuk pertama kali dipimpin seorang perdana menteri Muslim. Bukan hanya itu, Yousaf menjadi pemimpin pemerintahan Muslim pertama di negara Eropa Barat.

Humza Yousaf akan menggantikan Nicola Sturgeon sebagai pemimpin partai berkuasa, Partai Nasional Skotlandia (SNP), setelah unggul dalam pemilihan di parlemen, Senin (27/3/2023). Pemimpin partai berkuasa akan menjadi kepala pemerintahan negara tersebut.

Sebelum terpilih sebagai pemimpin Skotlandia, Yousaf merupakan menteri dengan segudang pengalaman. Tugasnya ke depan sangat berat, yakni menyatukan Partai Nasional Skotlandia untuk mewujudkan kemerdekaan negara itu dari Inggris.

Dia juga harus menyatukan partai yang terpecah pasca-kampanye yang brutal, saling menjatuhkan antara tiga kandidat. Mereka terpecah terkait isu kemerdekaan dan masalah sosial.

Sebagai sekutu Sturgeon, pria 37 tahun itu diyakini akan melanjutkan kebijakan pemerintahan sebelumnya.

"Kita akan menjadi generasi yang mewujudkan kemerdekaan bagi Skotlandia. Di mana ada perpecahan yang harus dipulihkan, kita harus menangani dan melakukannya dengan cepat karena kita memiliki tugas yang harus dilakukan dan sebagai sebuah partai kita berada pada posisi terkuat saat bersatu. Dan yang menyatukan adalah tujuan kita bersama untuk mewujudkan kemerdekaan bagi bangsa kita," katanya, dikutip dari Reuters.

Yousaf mengatakan, begitu meraih kemerdekaan, Skotlandia harus mempertimbangkan untuk membuang sistem monarki. Itu berarti Raja Inggris nantinya bukan lagi sebagai kepala negara Skotlandia.

"Mari kita benar-benar, dalam 5 tahun pertama, mempertimbangkan apakah kita perlu beralih dari penerapan monarki menuju pemilihan kepala negara atau tidak," ujarnya.

Pria kelahiran Glasgow itu menyandang gelar sarjana politik dari University of Glasgow. Setelah lulus dia bekerja sebagai ajudan anggota parlemen Skotlandia (MSP) sebelum terpilih sebagai wakil rakyat, tepatnya pada 2011.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut