Profil Motaz Azaiza, Fotografer Perang Gaza Pertaruhkan Nyawa untuk Gambarkan Kekejaman Israel
JAKARTA, iNews.id - Profil Motaz Azaiza, fotografer perang Gaza, menarik diketahui. Azaiza terpilih sebagai Man of the Year 2023 majalah fesyen pria, GQ Middle East. Majalah lifestyle yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA) itu menggelar penghargaan Man of the Year setiap tahun sejak 2019.
Azaiza merupakan seorang jurnalis foto yang sudah berkeliling dunia. Foto-fotonya telah meraih pengakuan global, memiliki puluhan juta pengikut dari gabungan seluruh akun media sosialnya.
Sebagai jurnalis foto yang aktif, foto-foto Motaz telah menyoroti kesulitan yang dialami warga Palestina.
Azaiza dianggap sebagai mercusuar harapan dan ketahanan bagi banyak warga Palestina, terutama Gaza, serta seluruh dunia, menggunakan pengalamannya untuk menyoroti kesulitan yang dialami para korban perang selama blokade Gaza yang berlangsung puluhan tahun serta dan baru-baru ini terjadi.
Salah satu fotonya juga berhasil masuk dalam 10 foto terbaik Majalah TIME. Dia menerima TRT World Citizen Awards 2023 dan Impact Awards Winner Lucie Awards.
Pria pemilik nama lengkap Motaz Hilal Azaiza itu lahir pada 30 Januari 1999 di Deir Al Balah, Jalur Gaza bagian tengah.
Azaiza dibesarkan di kamp pengungsian Deir Al Balah. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang bahasa dan sastra Inggris di Universitas Al Azhar Gaza dan lulus pada 2021.
Kemudian pada 2023, dia bekerja untuk badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina, UNRWA.
Dia sudah menjadi juru foto sejak lama. Namun namanya baru mencuat setelah meliput agresi Israel ke Gaza pada 2023.
Sejak itu dia memikat di media sosial.
Salah satu fotonya yang memperlihatkan seorang anak perempuan terjebak di reruntuhan akibat serangan udara Israel, dinobatkan sebagai salah satu dari 10 foto terbaik Majalah Time 2023. Dia juga ditampilkan dalam daftar 100 orang paling berpengaruh tahun 2024 Majalah Time.
Dalam menjalankan tugas di Gaza, Azaiza mempertaruhkan nyawa dengan menceritakan kisah apa yang sebenarnya terjadi kepada belasan juta pengikutnya di Instagram. Selama perang terbaru ini juga, banyak anggota keluarga dan teman terbunuh.
"Tidak ada yang berubah. Anda tidak bisa mengubah apa pun," katanya kepada CNN, menggambarkan komunitas internasional tidak tergerak oleh foto-foto kematian dan pembantaian diakibatkan oleh serangan Israel.
Unggahan Instagram pertamanya pada Mei 2014 adalah foto sederhana tentang keajaiban alam, kelopak bunga fuchsia merah tua yang semarak, mekar dari bagian tengah berwarna oranye.
Dikenal oleh sebagian orang sebagai Bunga Harta Karun, para ahli botani mengidentifikasi tanaman ini berdasarkan genusnya yang tepat, Gazania. Sejak awal, dia seolah ingin berbagi visinya tentang dunia yang indah.
“Saya ingin mengabadikan keindahan Gaza, bukan perang di Gaza. Tapi saya tidak punya pilihan,” ujarnya.
Sebelum 7 Oktober, Azaiza memiliki sekitar 25.000 follower di Instagram. Namun setelah itu berkembang menjadi lebih dari 19 juta. Beberapa videonya juga telah ditonton lebih dari 70 juta kali.
Dari pagi hingga malam, kisah-kisah di akun Instagram mengalir deras, menggambarkan kehancuran dan penderitaan yang tak henti-hentinya.
Editor: Anton Suhartono