Profil Yifat Tomer Yerushalmi, Jenderal Israel yang Bocorkan Video Penyiksaan Tahanan Palestina
TEL AVIV, iNews.id - Nama Yifat Tomer Yerushalmi menjadi sorotan besar di Israel setelah dia ditangkap aparat pada awal November 2025. Perwira tinggi militer berpangkat mayor jenderal ini dituduh membocorkan video penyiksaan tahanan Palestina di salah satu fasilitas penahanan militer Israel.
Kasus tersebut mengguncang institusi militer dan memicu perdebatan sengit di kalangan politik dan masyarakat internasional.
Profil Yifat Tomer Yerushalmi, Karier dan Latar Belakang
Yifat Tomer Yerushalmi lahir di Israel dan menempuh pendidikan hukum di Hebrew University of Jerusalem, kemudian melanjutkan studi magister hukum di Tel Aviv University.
Dia bergabung dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melalui jalur korps penasihat hukum militer, dan secara bertahap menanjak hingga menduduki posisi tertinggi dalam bidang hukum militer.
Pada 1 September 2021, Yerushalmi diangkat sebagai Military Advocate General (MAG) atau Pengacara Militer Utama IDF. Jabatan itu menjadikannya pejabat paling berwenang dalam urusan hukum militer, termasuk penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh tentara Israel.
Dia juga tercatat sebagai salah satu dari sedikit perempuan di Israel yang berhasil meraih pangkat mayor jenderal, prestasi langka dalam sistem militer yang masih didominasi laki-laki.
Skandal Video Penyiksaan
Kasus yang menjerat Yerushalmi bermula dari insiden di Sde Teiman, fasilitas penahanan militer di Israel selatan. Pada Juli 2024, sejumlah tentara Israel dilaporkan menyiksa seorang tahanan Palestina. Rekaman video dari kamera pengawas memperlihatkan adegan pemukulan brutal, penggunaan setrum, hingga dugaan kekerasan seksual terhadap tahanan.
Video itu kemudian bocor ke media Israel pada Agustus 2024, memicu kemarahan publik dan kecaman internasional.
Pemerintah Israel awalnya menyebut kebocoran itu sebagai “pelanggaran serius terhadap keamanan nasional”, sementara banyak kelompok HAM menilai video tersebut sebagai bukti otentik kekejaman militer terhadap warga Palestina.
Pengakuan Mengejutkan
Di tengah kontroversi, Yerushalmi mengaku bahwa dialah yang menyetujui pelepasan video tersebut ke publik.
Dia berdalih, langkah itu diambil untuk “membantah tuduhan palsu” bahwa militer Israel menutup-nutupi kekerasan terhadap tahanan. Namun, tindakannya justru dianggap sebagai pelanggaran kerahasiaan negara dan penyalahgunaan jabatan.
Akibat pengakuan itu, Yerushalmi mengundurkan diri dari jabatannya pada 31 Oktober 2025, beberapa hari kemudian ditangkap polisi atas beberapa tuduhan, yakni:
Dia sempat dilaporkan menghilang sebelum akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat dan kemudian dijebloskan ke tahanan untuk proses penyidikan.
Reaksi di Dalam dan Luar Negeri
Penahanan Yifat Tomer Yerushalmi memicu gelombang reaksi keras. Banyak aktivis HAM menilai dia menjadi “korban sistem” karena mencoba membuka kebenaran tentang penyiksaan terhadap warga Palestina.
Sebaliknya, kalangan sayap kanan Israel menyebut tindakannya sebagai pengkhianatan terhadap negara.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahkan menyebut kebocoran video itu sebagai serangan hubungan publik terbesar terhadap Israel sejak berdirinya Israel.
Sementara organisasi HAM internasional, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, menilai penahanan Yerushalmi menunjukkan bahwa
“Israel lebih takut pada transparansi daripada pada pelanggaran HAM itu sendiri,” bunyi pernyataan.
Dampak Politik dan Hukum
Kasus ini menyingkap ketegangan besar di tubuh militer Israel: antara keinginan menjaga citra dan rahasia negara dengan dorongan moral untuk mengungkap pelanggaran.
Selain itu, kebocoran video penyiksaan di Sde Teiman memperkuat kritik dunia terhadap perlakuan Israel terhadap tahanan Palestina, terutama sejak meningkatnya operasi militer di Gaza.
Selama karier militernya, Yerushalmi dikenal tegas, tertutup, dan profesional. Rekan-rekannya menggambarkannya sebagai “pengacara yang disiplin dan berani menentang keputusan politik bila bertentangan dengan hukum internasional.”
Ironisnya, keberanian itu kini membawanya ke balik jeruji.
Editor: Anton Suhartono