Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rusia Sindir AS: Rudal Burevestnik dan Poseidon Bukan Uji Coba Nuklir, Pemahaman Dangkal!
Advertisement . Scroll to see content

Putin Ancam Kembangkan Rudal Jenis Baru Jika AS Mundur dari Perjanjian

Kamis, 06 Desember 2018 - 09:15:00 WIB
Putin Ancam Kembangkan Rudal Jenis Baru Jika AS Mundur dari Perjanjian
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: Sputnik)
Advertisement . Scroll to see content

MOSKOW, iNews.id - Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mengembangkan peluru kendali jenis baru apabila Amerika Serikat (AS) menarik diri dari perjanjian senjata nuklir jarak menengah yang disepakati pada era Perang Dingin.

Hal itu dia sampaikan setelah NATO menyampaikan tuduhan pada Selasa kemarin bahwa Rusia melanggar Kesepakan Kekuatan Nuklir Jarak Menengah atau Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty.

Perjanjian yang ditandatangani pada 1987 oleh AS dan Uni Soviet itu melarang kedua negara mengembangkan misil jarak dekat dan menengah.

Namun Putin mengatakan tuduhan tersebut hanyalah alasan yang dipakai AS agar dapat keluar dari kesepakatan tersebut.

Lewat pernyataan di televisi, pemimpin Rusia itu menegaskan banyak negara lain mengembangkan senjata yang dilarang kesepakatan INF.

"Sekarang sepertinya rekan kami di Amerika meyakini keadaan telah berubah banyak sehingga (mereka) juga harus memiliki senjata jenis itu," katanya, seperti dilaporkan BBC, Kamis (6/12/2018).

"Apa reaksi kami? Sederhana saja, terkait dengan kasus ini, kami juga akan melakukan hal yang sama," tegas Putin.

Presiden Donald Trump sebelumnya mengatakan negaranya akan keluar dari kesepakatan karena aksi Rusia.

Para pengamat memandang senjata jenis ini adalah pilihan yang lebih murah dibandingkan kekuatan konvensional.

Sementara itu, aliansi militer Barat secara resmi menuduh Rusia melanggar perjanjian INF.

"Kami menyimpulkan Rusia mengembangkan dan mempertahankan sistem misil, 9M729, yang melanggar perjanjian INF dan merupakan risiko signifikan bagi keamanan Eropa-Atlantik," demikian isi pernyataan para menteri luar negeri NATO.

Pernyataan tersebut menyebutkan negara-negara anggota sangat mendukung klaim AS bahwa Rusia melanggar kesepatan dan mendesak Rusia untuk segera kembali mematuhi perjanjian secara menyeluruh dan bertanggung jawab.

Berbicara setelah dikeluarkannya pernyataan NATO, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Rusia memiliki waktu selama 60 hari untuk kembali mematuhi kesepakatan, periode dimana AS akan menunda kepatuhannya.

"Selama 60 hari ini kami masih tidak akan menguji, membuat, atau menempatkan sistem apa pun, dan kami akan mengamati apa yang terjadi selama periode 60 hari tersebut," kata Pompeo.

Rusia berkali-kali menyangkal pihaknya melanggar perjanjian era Perang Dingin itu.

Pada 2014, Presiden Barack Obama menuduh Rusia melanggar Perjanjian INF setelah diduga menguji misil penjelajah yang diluncurkan dari darat.

Dia dilaporkan memilih untuk tidak menarik diri dari kesepakatan setelah disudutkan para pemimpin Eropa, yang mengatakan langkah seperti itu akan memulai kembali perlombaan senjata.

Terakhir kali AS menarik diri dari kesepakatan senjata penting adalah pada 2002, saat Presiden George W Bush menarik AS dari Perjanjian Misil Anti-Balistik, yang melarang senjata yang dirancang untuk menangkal misil nuklir balistik.

Langkah Bush membuat penangkal rudal di Eropa membuat Rusia khawatir. Obama kemudian mencabutnya pada 2009 dan menggantikannya dengan sistem pertahanan yang dimodifikasi pada 2016.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut