Putin Mulai Resah dengan Drone Bayraktar Turki di Ukraina, Ingatkan Erdogan
MOSKOW, iNews.id - Presiden Rusia Vladimir Putin mulai resah dengan penggunaan drone buatan Turki, Bayraktar TB2, oleh pasukan Ukraina di wilayah konflik Donbass. Putin mengatakan kepada mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam percakapan melalui telepon, Jumat (3/12/2021), pasukan Ukraina menggunakan drone tersebut dengan perilaku destruktif.
Kremlin, dalam pernyataan mengungkap, Putin juga mengatakan kepada Erdogan bahwa pasukan Ukraina melakukan aktivitas provokatif dan menggunakan drone Bayraktar dalam upaya lebih lanjut untuk merusak perjanjian damai Minsk.
Direktorat komunikasi Turki menyatakan, Ukraina merupakan salah satu masalah yang dibahas dalam percakapan antara Erdogan dan Putin, namun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan, drone Bayraktar berhasil menembak sistem persenjataan buatan Rusia milik kelompok separatis. Sejak itu kelompok separatis takut melakukan tugas menggunakan persenjataan itu karena khawatir dengan konsekuensinya.
Dia juga mengatakan, Rusia telah mengerahkan sekitar 1000.000 pasukan di dekat perbatasan Ukraina dan mungkin bersiap melakukan serangan skala besar pada akhir Januari 2022.
Hubungan antara Rusia dan Ukraina terus memburuk sejak 2014, ditandai dengan pencaplokan Semenanjung Krimea oleh Moskow. Konflik terus berlanjut seiring letupan-letupan di perbatasan di mana kelompok separatis yang didukung Rusia bentrok dengan pasukan Ukraina.
Sementara itu Turki merupakan sekutu dekat Rusia, namun di lain pihak menjalin kerja sama militer dengan Ukraina, termasuk menjual drone Bayraktar TB2. Bukan hanya itu, Turki bahkan akan memproduksinya di Ukraina paling cepat pada akhir 2022.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu menegaskan, negaranya tidak bisa disalahkan atas penggunaan drone Bayraktar di Ukraina.
Rusia menuduh Ukraina mengacaukan situasi setelah pasukan pemerintah menggunakan drone Bayraktar TB2 untuk menyerang posisi yang dikendalikan kelompok separatis yang didukung Moskow.
Kelompok separatis memerangi pasukan pemerintah Ukraina di wilayah Donbass sejak 2014, tak lama setelah Rusia mencaplok Semenanjung Krimea. Ukraina menyatakan sedikitnya 14.000 orang tewas selama konflik berlangsung.
Editor: Anton Suhartono