MOSKOW, iNews.id – Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari ini mengatakan kepada tentara yang bertempur dalam Perang Ukraina bahwa dia akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada Pemilu 2024. Langkah itu bakal memungkinkan dirinya untuk tetap berkuasa setidaknya hingga 2030.
Putin menduduki kursi kepresidenan setelah ditinggalkan oleh Boris Yeltsin pada akhir 1999. Hingga kini, dia telah menjabat sebagai kepala negara lebih lama dibandingkan penguasa Rusia lainnya sejak Josef Stalin. Putin bahkan mengalahkan masa jabatan Leonid Brezhnev yang berkuasa di negeri beruang merah selama 18 tahun.
Menlu Turki Bertemu Delegasi Hamas, Bahas Situasi Gaza dan Rencana Perdamaian
Pada Jumat (8/12/2023) ini, setelah Putin menganugerahi veteran perang Ukraina dengan penghargaan militer tertinggi Rusia, bintang emas Pahlawan Rusia, seorang letnan kolonel bernama Artyom Zhoga, meminta sang presiden untuk mencalonkan diri lagi. Zhoga diketahui menjabat sebagai komandan Batalion Sparta.
“Saya tidak akan menyembunyikan bahwa saya memiliki pemikiran yang berbeda pada waktu yang berbeda tetapi sekarang adalah waktunya untuk mengambil keputusan,” kata Putin kepada Zhoga dan para prajurit Rusia lainnya yang mendapat penghargaan hari ini, di Georgievsky Hall, Istana Grand Kremlin.
Banyak Tentara Tewas dalam Perang, Putin Minta Perempuan Punya 8 Anak
“Saya akan mencalonkan diri sebagai presiden,” katanya dalam acara yang disiarkan oleh televisi itu.
Kepada wartawan, Zhoga mengatakan, dia sangat senang Putin menyetujui permintaannya tersebut. Letkol Rusia itu menuturkan, seluruh Rusia akan mendukung keputusan tersebut.
Potret Keakraban Putin dengan Pangeran MBS, Sepakat Bertemu Lagi di Moskow
Bagi Putin yang kini berusia 71 tahun, pemilu sebenarnya tak lebih dari sekadar sebuah formalitas. Dengan dukungan negara, media yang dikelola pemerintah, dan hampir tidak ada perbedaan pendapat masyarakat arus utama, dia dipastikan menang pada pemilu mendatang.
Penampakan Pesawat yang Membawa Putin ke Timur Tengah Dikawal 4 Jet Tempur Su-35
Putin mungkin memang tidak akan menghadapi persaingan nyata dalam pemilu mendatang. Namun, dia dihadapkan pada serangkaian tantangan paling serius yang pernah dihadapi pemimpin Rusia sejak Mikhail Gorbachev harus menelan pil pahit atas runtuhnya Uni Soviet, lebih dari tiga dekade lalu.
Perang di Ukraina memicu konfrontasi terbesar Moskow dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba 1962. Selain itu, berbagai sanksi Barat telah memberikan guncangan eksternal terbesar terhadap perekonomian Rusia selama beberapa dekade. Putin juga sempat menghadapi pemberontakan yang gagal oleh tentara bayaran paling kuat di Rusia, Grup Wagner, Juni lalu.
Namun, sampai sejauh ini, semua tantangan tersebut masih dapat dihadapinya dengan tenang.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku