Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rusia: Pernyataan Trump soal Uji Coba Nuklir AS Sangat Jelas, Tak Ambigu
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id - Kedutaan Besar (Kedubes) Rusia di Inggris mengeluarkan pernyataan soal perkembangan kondisi Yulia Skripal, putri mantan agen ganda Rusia korban serangan senjata kimia di Salisbury, Inggris, Sergei Skripal. Yulia akhirnya memberikan keterangan kepada media untuk pertama kali setelah mengalami koma akibat serangan pada 4 Maret lalu.

"Kami senang melihat Yulia Skripal sehat. Namun, video yang ditampilkan hanya memperkuat kekhawatiran kami mengenai kondisi di mana dia ditahan," demikian isi pernyataan tersebut, seperti dilansir AP, Kamis (24/5/2018).

Pernyataan itu menyebut Yulia tampak membaca sebuah teks yang ditulis oleh penutur asli bahasa Inggris. Kedubes Rusia juga meminta agar Inggris membuka akses sehingga pihaknya bisa bertemu dengan perempuan berusia 33 tahun itu.

"Inggris wajib memberi kami kesempatan untuk berbicara dengan Yulia secara langsung untuk memastikan bahwa dia tidak melawan keinginannya sendiri dan tidak berbicara di bawah tekanan. Sejauh ini, kami memiliki setiap alasan untuk mencurigai yang terjadi adalah sebaliknya," tulis pernyataan itu.

Namun, dalam video pernyataannya, Yulia meminta agar dia dan ayahnya diberikan privasi. Dia juga menolak secara halus bantuan yang ditawarkan oleh Kedubes Rusia.

"Kami perlu waktu untuk pulih dan mencapai kesepakatan dengan semua yang sudah terjadi. Saya bersyukur atas tawaran bantuan dari Kedutaan Rusia, tetapi pada saat ini saya tidak ingin memanfaatkan bantuan mereka," kata Yulia.

"Juga, saya ingin mengulangi apa yang saya katakan dalam pernyataan sebelumnya, tidak ada yang berbicara atas nama saya, atau untuk ayah saya, tetapi diri kami sendiri," kata dia, menambahkan.

Sebelumnya diberitakan Yulia Skripal muncul ke media untuk pertama kalinya, Rabu (23/5), setelah keluar dari rumah sakit. Yulia mengaku ingin pulang ke Rusia suatu saat setelah kondisinya benar-benar pulih.

Bersama ayahnya, Yulia masih dalam pengawasan Pemerintah Inggris setelah menjadi korban serangan senjata kimia. Kondisi Yulia jauh lebih baik dibandingkan ayahnya yang harus dirawat di rumah sakit lebih lama darinya.

Yulia mengaku tidak mengerti mengapa diserang menggunakan senjata pelumpuh saraf. Bahkan dia koma selama 20 hari. Selain itu, dia juga mengaku perawatan yang dijalaninya sangat berat, sehingga dia ingin fokus pada pemulihan terlebih dulu.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut