Raja Belanda Tak Mau Gunakan Kereta Kuda Kontroversial yang Terdapat Lukisan Penjajahan
AMSTERDAM, iNews.id - Raja Belanda, Willem-Alexander, kemungkinan akan berhenti menggunakan kereta kuda upacara kenegaraan yang sempat menuai kontroversi karena menampilkan gambar-gambar penjajahan di lapisan luar kereta.
Dalam beberapa hari terakhir, kereta kerajaan Belanda yang disebut Gouden Koets atau Kereta Kuda Emas jadi sorotan tajam masyarakat dunia setelah viral di media sosial.
Dalam foto-foto yang tersebar di linimasa, kereta kayu yang dibuat pada 1898 itu sisinya dihias dengan lukisan "Penghargaan untuk Penjajah". Lukisan menampilkan gambar orang Asia dan kulit hitam membawa upeti untuk seorang perempuan kulit putih yang duduk di atas kursi takhta mewakili Kerajaan Belanda.
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, pada Juni lalu mengatakan dia memahami kereta kuda itu "memancing emosi" masyarakat luas.
"Itu semua bagian dari sejarah kami. Kereta kuda Gouden Koets masih menjalani restorasi sejak 2015," kata Rutte dikutip dari Antara.
Perdebatan mengenai hiasan berbau penjajahan di kereta kuda Kerajaan Belanda dipicu gerakan Black Lives Matter (BLM) yang muncul di Amerika Serikat menyusul kematian seorang pria kulit hitam, George Floyd, di tangan anggota polisi. Insiden itu memicu gelombang demonstrasi menuntut penghapusan kekerasan dan kesetaraan hak warga kulit hitam di seluruh dunia.
Raja Belanda, Willem-Alexander, menegaskan apa yang tergambar pada kereta kuda kenegaraan tidak mencerminkan sikap Belanda pada hak asasi di era saat ini. Dia memastikan di negaranya HAM sangat dijunjung tinggi.
"Kami mengikuti perdebatan itu, saya memperhatikannya," kata Raja Willem.
"Selama ada diskriminasi yang terlihat secara eksplisit dan implisit di Belanda, kita sebagai bagian dari masyarakat harus melawan itu," ujarnya.
Mengenai desakan mengganti lukisan di kereta kuda, Raja Willem menjelaskan restorasi benda bersejarah punya waktu tersendiri.
"Itu merupakan bagian dari warisan budaya kita, kita tidak akan menulis ulang sejarah dengan restorasi."
"Setelah restorasi selesai, kita akan lihat seperti apa," pungkasnya.
Editor: Arif Budiwinarto