Rusia Bantah Jadikan Pemerkosaan Perempuan Sipil sebagai Senjata Baru Perang di Ukraina
LVIV, iNews.id - Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy membantah tuduhan bahwa pasukannya memerkosa atau melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan warga sipil Ukraina dalam operasi militer khusus.
Dia balik menuduh Ukraina dan para sekutunya memiliki niat yang jelas menunjukkan seolah-olah tentara Rusia sadis dan pemerkosa.
Hal senada disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia yang menyatakan, Ukraina sedang diarahkan oleh Amerika Serikat untuk mengungkap bukti-bukti palsu kekerasan terhadap warga sipil. Dia menegaskan apa yang dituduhkan itu belum pernah terjadi, sebaliknya Rusia justru berusaha menyelamatkan warga sipil.
"Amerika Serikat, yang punya pengalaman bertahun-tahun, dalam mengorganisasi provokasi dengan korban manusia, melanjutkan kampanyenya untuk menciptakan dan mempromosikan 'bukti' palsu," bunyi pernyataan, dikutip dari Reuters, Selasa (12/4/2022).
Pejabat senior PBB Sima Bahous mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB Senin kemarin, semua tuduhan dari berbagai pihak tetap harus dibuktikan melalui penyelidikan independen. Namun dia melihat kebrutalan yang dialami warga sipil sudah pada batas sangat mengkhawatirkan.
"Kebrutalan yang ditampilkan terhadap warga sipil Ukraina telah menaikkan bendera merah. Kami semakin mendengar tentang pemerkosaan dan kekerasan seksual," katanya.
Kateryna Cherepakha, presiden kelompok hak asasi La Strada-Ukraina, mengatakan kepada Dewan Keamanan melalui konferensi video, pemerkosaan dan kekerasan seksual menjadi senjata baru pasukan Rusia.
"Kami tahu dan melihat, dan kami ingin Anda mendengar suara ini, bahwa kekerasan dan pemerkosaan sekarang digunakan sebagai senjata perang di Ukraina oleh penjajah Rusia di Ukraina," ujarnya.
Senjata Kimia
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pesan videonya menyebut Rusia bisa menggunakan senjata kimia di negaranya. Pernyataannya itu disampaikan menyusul adanya laporan pada Senin soal kemungkinan penggunaan senjata kimia di Kota Mariupol. Namun Zelensky tak mengatakan senjata kimia sudah digunakan.
"Kami memperlakukan ini dengan sangat serius. Saya ingin mengingatkan kepada para pemimpin dunia bahwa kemungkinan penggunaan senjata kimia oleh militer Rusia telah dibahas. Pada saat itu, perlu untuk memberikan reaksi lebih keras dan lebih cepat terhadap agresi Rusia," kata Zelensky.
Dia menegaskan sudah waktunya untuk memberikan sanksi sedemikian rupa terhadap Rusia sehingga tidak akan terdengar kalimat tentang tentang senjata pemusnah massal Rusia.
"Embargo minyak terhadap Rusia adalah keharusan. Setiap paket sanksi baru terhadap Rusia yang tidak mengincar minyak akan disambut Moskow dengan senyuman," tuturnya.
Editor: Anton Suhartono