Rusia dan China Kompak Serukan Sanksi Terhadap Korea Utara Dikurangi
NEW YORK, iNews.id - Rusia dan China meminta agar sanksi internasional terhadap Korea Utara (Korut) dikurangi sebagai insentif bagi negara itu untuk melakukan denuklirisasi. Mereka menolak desakan Amerika Serikat (AS) untuk tetap menegakkan sanksi kuat meski hubungan dengan Korut mencair.
Seruan ini berpotensi membahayakan konsensus internasional untuk menekan Korut.
"China sangat yakin tekanan bukanlah tujuan akhir," kata Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dalam pertemuan tingkat tinggi Dewan Keamanan (DK) PBB.
"Menerapkan sanksi dan mempromosikan penyelesaian politik sama pentingnya di bawah resolusi Dewan Keamanan," ujarnya.
Wang mendesak, dewan beranggotakan 15 negara itu agar mempertimbangkan ketentuan dalam resolusi yang memungkinkan memodifikasi sanksi.
"Dewan harus mempertimbangkan sebuah ketentuan untuk memodifikasi langkah-langkah sanksi mengingat kepatuhan DPRK," seperti dilaporkan AFP, Jumat (28/9/2018).
Senada dengan Wang, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga mendukung usulan China tersebut.
"Langkah-langkah oleh Korea Utara menuju perlucutan senjata secara bertahap harus diikuti dengan pengurangan sanksi," kata Lavrov, kepada anggota dewan.
Lavrov menyebut, seruan Barat untuk mempertahankan tekanan terhadap Korut tidak pantas dan tidak tepat waktu, mengingat negara pimpinan Kim Jong Un itu telah mengambil langkah penting menuju denuklirisasi.
"Dewan Keamanan PBB harus mengirim sinyal positif kepada Korea Utara dan bertanya mengapa beberapa anggota dewan dengan keras kepala menolak untuk melakukannya," tutur Lavrov.
Dia mengatakan, Rusia siap menyusun resolusi dewan yang mendukung momentum positif di Semenanjung Korea.
Posisi dua negara itu berseberangan dengan AS dan sebagian besar negara-negara Barat, yang berusaha mempertahankan kebijakan tekanan maksimum terhadap Korut hingga mereka melakukan denuklirisasi sepenuhnya.
Editor: Nathania Riris Michico