Rusia: Israel Tak Punya Niat Berdamai
MOSKOW, iNews.id - Serangan besar-besaran Israel terhadap Kota Gaza beberapa hari terakhir menunjukkan negara Yahudi itu tidak punya keinginan bernegosiasi. Tindakan brutal Israel itu menimbulkan kekhawatiran yang serius di Gaza.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova mengatakan hampir 1 juta warga Kota Gaza dilanda kepanikan akibat serangan tidak pandang bulu.
"Dampak dari langkah tersebut, yang mengkhawatirkan, sangat mengkhawatirkan, sudah jelas. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak korban sipil dan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah buruk," ujarnya, seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (19/9/2025).
Zakharova juga menyinggung serangan Israel ke Doha, Qatar, pada 9 September, menargetkan delegasi dan pimpinan Hamas yang sedang membahas proposal gencatan senjata yang diajukan Presiden AS Donald Trump.
"Sejujurnya, saya tidak ingin mengatakan ini. Tapi dilihat dari tindakan mereka, ini hanya upaya sangat sinis dan sangat mengerikan untuk menyelesaikan masalah Gaza," ujarnya.
Serangan tersebut, lanjut Zakharova, menunjukkan kurangnya niat dari Israel untuk kembali ke meja perundingan dan hal yang lebih jelas, semakin banyak korban sipil berjatuhan.
Pasukan Israel pada Kamis (18/9/2025) malam waktu setempat bergerak menuju pusat Kota Gaza dari dua arah. Mereka mengepung warga dari dua arah. Kondisi itu membuat warga tak punya pilihan lain kecuali menuju pantai.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Nadav Shoshani mengatakan kepada Reuters, pasukan infanteri, tank, dan artileri bergerak maju ke pusat kota. Pergerakan pasukan itu didukung oleh serangan udara.
Stasiun televisi Al Jazeera melaporkan, militer Zionis bergerak dari barat laut dan tenggara untuk mengepung penduduk di tengah. Setelah itu pasukan Israel mendorong mereka ke barat, menuju Jalan Al Rashid di sepanjang pesisir pantai, rute menuju Gaza selatan.
"Serangan terhadap permukiman yang padat penduduk menyebabkan kepanikan dan ketakutan, mendorong semua orang berlarian menyelamatkan diri. Kami melihat gelombang orang-orang melakukan hal itu," kata Hani Mahmoud, dari Al Jazeera.
Editor: Anton Suhartono