Saat Wabah Corona, Para Yahudi Tetap Ngotot Terbang ke Yerusalem untuk Pemakaman
YERUSALEM, iNews.id – Serge Bokobza tidak ingin dimakamkan di mana pun, selain Yerusalem. Karena itu, ketika dia meninggal akibat wabah virus corona (Covid-19) beberapa waktu lalu, keluarganya menerbangkan jenazah Bokobza dari Prancis ke kota suci umat Islam itu, meski mengalami kesulitan selama pandemi.
Bokobza, dokter berusia 70 tahun dari pinggiran Kota Paris, itu diistirahatkan beberapa pekan lalu di Bukit Zaitun, menghadap ke Kota Tua Yerusalem, kawasan yang menjadi salah satu situs suci dalam agama Islam—yang juga diklaim oleh agama Yahudi.
Pemakaman Bokobza dilakukan sesuai dengan prosedur pemakaman pengidap virus coroan. Para penggali kubur mengenakan pakaian steril dan masker pelindung. Hanya satu anggota keluarganya, yaitu Rabi Shraga Dahan yang tinggal di Israel, diizinkan untuk hadir dalam prosesi pemakaman itu.
“Saya memasang Zoom (aplikasi konferensi video) sehingga semua orang dapat mengikuti pemakaman ini secara langsung,” kata Dahan kepada AFP, dilansir Senin (4/5/2020).
“Ratusan orang hadir secara virtual. Akan tetapi, di lokasi pemakaman ini, sebenarnya kami hanya ada sekitar 10 orang, termasuk petugas pemakaman. Ini sangat aneh,” ujarnya.
Sejak awal wabah virus corona, hanya ada sedikit penerbangan komersial dari dan menuju Tel Aviv, kota Palestina yang diklaim Israel. Tetapi, sejumlah pesawat lain masih dapat terlihat mendarat di landasan Bandara Ben Gurion yang ada di kota itu. Beberapa di antaranya membawa mayat orang-orang Yahudi yang meminta untuk dimakamkan di Palestina atau Yerusalem.
Beberapa keluarga membayar dalam jumlah besar untuk mengatasi kesulitan pengangkutan mayat selama pandemi Covid-19. “Keluarga harus menyewa pesawat pribadi untuk membawa mayat orang yang mereka cintai dan membayar mahal,” kata Yehuda Meshi-Zahav, pendiri organisasi Zaka yang membantu memfasilitasi pemakaman di Palestina untuk orang-orang Yahudi dari luar negeri.
Dia menuturkan, baru-baru ini, satu keluarga Yahudi di New York, Amerika Serikat, rela membayar 250.000 dolar AS (Rp3,8 miliar) untuk mengangkut mayat ke Yerusalem. Sekitar 250 jenazah orang asing, tak peduli apakah mereka meninggal karena virus atau tidak, telah dibawa ke Palestina sejak awal pandemi.
“Biasanya ada sekitar 1.500 (mayat) per tahun,” ucap Meshi-Zahav.
Editor: Ahmad Islamy Jamil