Senat AS Gagal Sepakati Anggaran untuk ke-11 Kali, Shut Down Pemerintah Berlanjut
WASHINGTON, iNews.id - Senat Amerika Serikat (AS), Senin (20/10/2025), untuk ke-11 kali gagal menyepakati rancangan anggaran yang memaksa shut down pemerintah berlanjut hingga hari ke-20.
Dalam penghitungan suara di Senat, 50 anggota mendukung rancangan anggaran yang diajukan Partai Republik, melawan 43 yang menolak. Partai Republik yang berkuasa di AS membutuhkan minimal 60 suara untuk mengesahkan rancangan anggara sementara guna memberi napas bagi pemerintahan AS agar bisa melanjutkan operasionalnya.
Sebelumnya DPR AS telah mengesahkan rancangan anggaran tersebut, namun membutuhkan persetujuan dari Senat. Rancangan ini pertama kali dibahas di Senat pada 30 September namun sejak itu gagal disepakati.
Ketua DPR AS Mike Johnson mengkritik para senator dari Partai Demokrat, mendesak mereka untuk mengakhiri shut down paling mahal dalam sejarah AS tersebut.
"Sejak secara sembrono menutup pemerintah Amerika Serikat, Partai Demokrat telah membuat sejarah yang sangat merugikan di sini. Jangan sampai kita kehilangan semua yang terjadi. Ini merupakan penutupan terpanjang ketiga dalam sejarah," kata Johnson, seperti dikutip dari Anadolu, Selasa (21/10/2025).
Johnson melanjutkan, kebuntuan di Senat memaksa hampir seluruh institusi pemerintah federal tidak punya dana yang menyebabkan konsekuensi luas.
"Penting juga bagi kita untuk mencatat bahwa ini adalah pertama kali dalam sejarah ada partai yang berani menutup pemerintah hanya karena (menentang) resolusi berkelanjutan yang benar-benar bersih dan nonpartisan," katanya, merujuk pada rancangan anggaran usulan Partai Republik.
"Ini adalah aksi politik, dan ini pertama kalinya dilakukan. Ini adalah aksi politik paling mahal, paling egois, dan paling berbahaya dalam sejarah Kongres Amerika Serikat," ujarnya.
Partai Demokrat membantah tuduhan Johnson mengenai rancangan anggaran Republik yang bersih.
Mereka mengutip penolakan Partai Republik untuk memulihkan subsidi kesehatan yang bisa menghindari jutaan warga AS menghadapi biaya asuransi yang sangat tinggi.
Editor: Anton Suhartono