Senator AS Sebut Rusia Deklarasikan Perang Siber Setelah Sistem Beberapa Departemen Diserang Hacker
WASHINGTON, iNews.id - Senator Amerika Serikat dari Partai Demokrat Dick Durbin menilai kasus peretasan terhadap institusi pemerintah oleh pelaku yang diduga kuat dari Rusia mengkhawatirkan.
Rusia, kata Durbin, seperti mendeklarasikan perang siber terhadap AS dengan meretas sistem teknologi informasi Departemen Keuangan menggunakan cara yang canggih.
Dia juga memperingatkan peretasan besar-besaran terhadap AS merupakan langkah agresif yang mungkin membahayakan pemerintahan Donald Trump.
Peretas yang diyakini bertindak atas nama dinas intelijen luar negeri Rusia, SVR, mencuri data pemerintah AS.
Kejadian ini memaksa Departemen Keuangan dan Departemen Perdagangan AS menggelar Rapat Keamanan Nasional darurat pada Sabtu pekan lalu.
“Mari kita bahas di sini. Kita perlu mengatur ulang hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia. Kita tidak bisa berteman dengan Vladimir Putin sementara di saat yang sama melakukan serangan dunia maya terhadap Amerika. Ini sebenarnya adalah deklarasi perang oleh Rusia terhadap AS dan kita harus menganggapnya serius," kata Durbin, dikutip dari CNN, Kamis (17/12/2020).
Dalam peretasan itu hacker menggunakan cara yang canggih sehingga bisa mengakses secara bebas ke sistem email beberapa departemen.
Belum jelas apa saja yang materi rahasia yang dicuri pelaku peretasan. Motif di balik peretasan ini juga belum jelas.
Surat kabar The New York Times melaporkan, serangan terhadap sistem teknologi informasi pemerintah federal terbaru ini merupakan yang terbesar dalam 5 tahun terakhir. Ironisnya, para pejabat baru menyadarinya beberapa pekan terakhir.
Durbin melanjutkan Rusia mungkin memanfaatkan kedekatan hubungan antara Presiden Putin dengan Trump.
“Di satu sisi, kita tahu apa yang dilakukan Rusia selama 4 tahun terakhir serta bagaimana mereka menempatkan keamanan AS dalam bahaya. Lengan presiden (Trump) melingkari bahu Vladimir Putin dan memanggilnya sahabat. Jadi kita tidak bisa mendikotomi seperti itu, antara kebijakan dan kenyataan," tuturnya.
Editor: Anton Suhartono