Siapa Sosok Perempuan Cantik yang Ditangkap Bersama Pendiri Telegram Pavel Durov?

MOSKOW, iNews.id - Seorang perempuan muda ikut ditangkap oleh kepolisian Prancis bersama pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov, akhir pekan lalu. Dia adalah Yulia Vavilova, seorang influencer, streamer, serta coach kripto.

Vavilova telah dibebaskan bersama seorang pengawal Durov, namun sang miliarder masih mendekam di penjara atas beberapa tuduhan.

Raja Thailand Maha Vajiralongkorn Akan Kunjungi China untuk Pertama Kalinya

Perempuan yang bermukim di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), itu pada beberapa kesempatan terlihat bersama Durov, termasuk di pesawat jet pribadi saat mereka mendarat di Bandara Le Bourget, Prancis.

“Pengawal pribadi dan asisten, yang selalu menemaninya, dimintai keterangan oleh penyidik sebelum dibebaskan, menurut sumber dekat dengan kasus tersebut,” demikian laporan Le Figaro, seperti dilaporkan kembali RT, Selasa (27/8/2024).

Apakah Telegram Masih Aman Digunakan Pascapenangkapan Pavel Durov? Ini Kata Pakar

Durov belum menjelaskan mengenai hubungannya dengan Vavilova, namun kebersamaan mereka dalam beberapa kesempatan menunjukkan adanya hubungan dekat.

Postingan Vavilova di akun media sosial sebelum ditangkap menunjukkan dia berada di lokasi yang sama dengan Durov, termasuk di Kazakhstan, Kirgistan, dan Azerbaijan. Vavilova juga mengunggah Story Instagram di lokasi yang diyakini sebagai jet pribadi Durov.

Presiden Prancis Macron Buka Suara soal Penangkapan Pendiri Telegram Durov, Ini Komentarnya

Sementara itu Telegram memastikan penangkapan sang CEO, atas berbagai tuduhan penyalahgunaan, tak berpengaruh terhadap layanan dan keamanan aplikasi pesan singkat tersebut.

Telegram juga menegaskan, tidak masuk akal menyalahkan platform maupun pemilik atas penyalahgunaan yang dilakukan pengguna. Platform aplikasi Telegram telah mematuhi aturan hukum Uni Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital.

"Praktik moderasinya sejalan dengan standar industri," bunyi pernyataan platform yang memiliki 1 miliar lebih pengguna di seluruh dunia tersebut.

Durov bersama saudaranya di Rusia mendirikan Telegram pada 2013. Aplikasi itu menawarkan enkripsi untuk pesan masuk dan keluar yang meningkatkan privasi bagi pengirim dan penerima. Perusahaan juga menolak memberikan data pengguna atau rekaman percakapan kepada penegak hukum.

Menurut Durov, kebijakan perusahannya itu sangat tidak diinginkan oleh badan intelijen seluruh dunia.

Editor: Anton Suhartono