Sidang Pemakzulan Trump di Senat Diwarnai Debat, Republik Membela Habis-habisan
WASHINGTON, iNews.id - Sidang pembukaan pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Senat, Selasa (21/1/2020), diwarnai perdebatan sengit antara politisi Partai Demokrat dan Republik.
Demokrat menuduh pada senator Republik berusaha menyembunyikan fakta dengan tak mengizinkan saksi dan menghadirkan bukti baru.
Trump dimakzulkan dalam sidang di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR AS) pada 18 Desember 2019 dengan dua tuduhan yakni penyalahgunaan kekuasaan dan berusaha melawan Kongres.
Baca Juga: Pasal Pemakzulan Trump Dikirim ke Senat AS
Pemimpin mayoritas Semat yang juga sekutu Trump, Mitch McConnell, memutuskan tidak akan memanggil saksi baru atau menghadirkan dokumen penting. Hal ini akan melumpuhkan argumen para penuntut.
Senat dikuasai politisi Republik dengan 53 kursi melawan 47 dari Demokrat. Dengan komposisi ini, sulit bagi Demokrat untuk meloloskan pemakzulan. Trump dimakzulkan atas tuduhan memaksa presiden Ukraina menyelidiki Joe Biden, calon rivalnya di Pemilihan Presiden AS 2020, terkait bisnis putranya.
"Struktur dasar yang kami usulkan sama adilnya," kata McConnell, membela keputusannya untuk melarang dihadirkannya saksi baru dan dokumen.
Baca Juga: Sidang Pemakzulan Presiden Trump di Senat Diperkirakan hanya 2 Pekan
Adam Schiff, pemimpin tim pemakzulan Trump di DPR, membantah bahwa proses yang digulirkannya tak masuk akal. Sebaliknya, dia menuduh Republik ingin menyembunyikan bukti-bukti baru sehingga tidak akan pernah didengar.
Dia menyebut apa yang dilakukan McConnell bertujuan untuk membuat sidang pemakzulan ini segera berakhir.
Trump dimakzulkan pada 18 Desember oleh DPR, namun proses tersebut bukan akhir dari segalanya. Proses berikutnya ada di Senat, di mana nasib Trump akan diputuskan.
Pemicu pemakzulan ini adalah skandal pembicaraan telepon antara Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada 25 Juli 2019.
Trump dituduh menahan bantuan militer senilai hampir 400 juta dolar AS untuk Ukraina dalam melawan separatis yang didukung Rusia. Trump juga dituduh menolak bertemu dengan Zelensky di Gedung Putih kecuali jika dia mau membuka penyelidikan terhadap Biden.
Ini merupakan kali ketiga presiden AS menjalani sidang pemakzulan di Senat setelah Bill Clinton pada 1999 dan Andrew Johnson pada 1868.
Seperti dua pendahulunya, Trump hampir pasti akan dibebaskan oleh kawan-kawan Republik-nya dalam sidang yang mungkin hanya berlangsung dua pekan.
Editor: Anton Suhartono