Situasi Politik Memanas, Presiden Sri Lanka Bekukan Parlemen
                
                KOLOMBO, iNews.id - Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena membekukan parlemen pada Kamis 12 April. Langkah mengejutkan ini diambil di tengah perebutan kekuasaan antara dia dengan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Dekrit presiden menyebut, Sirisena menghentikan rapat-rapat parlemen sejak Kamis tengah malam di bawah aturan konstitusi pasal 70. Dia membekukan parlemen hingga 8 Mei mendatang.
Langkah itu diambil beberapa jam setelah sedikitnya 16 pendukung Sirisena, termasuk enam menteri kabinet, mengatakan akan meninggalkan koalisi yang tengah bermasalah ini.
Hubungan antarkelompok dalam pemerintah persatuan memburuk setelah keduanya mengalami kekalahan dalam pemilihan dewan di tingkat daerah pada Februari.
Partai Persatuan Nasional (UNP) yang diketuai Wickremesinghe meningkatkan tekanan kepada para pengikut Sirisena yang memintanya mengundurkan diri.
Rapat parlemen diperkirakan akan kembali digelar pada Kamis pekan depan. Namun pejabat kepresidenan menolak mengomentari alasan pembekuan tersebut. Rencana perombakan pemerintahan yang lebih luas juga akan diumumkan pekan depan. 
"Kami terkejut dengan pengumuman itu," kata seorang anggota dewan yang namanya tidak disebutkan, kepada AFP.
Beberapa jam sebelum mengumumkan penangguhan parlemen, Sirisena memecat beberapa menteri.
Wickremesinghe pekan lalu memenangkan mosi tidak percaya yang digerakkan kubu oposisi dan didukung oleh para menteri Sirisena. Dengan bantuan dari minoritas Tamil dan partai-partai Islam, perdana menteri mengalahkan mosi tersebut serta memberikan pukulan kepada Sirisena.
Beberapa pekan lalu, Sirisena menekan kekuatan Wickremesinghe dengan menyingkirkannya dari kendali di bank sentral, pusat pembuatan kebijakan nasional, dan beberapa lembaga lain.
Sirisena menyebut perdana menteri dan partainya lebih korup daripada rezim Rajapaksa, yang digulingkan oleh Sirisena dan Wickremesinghe pada 2015.
Editor: Anton Suhartono