Soal Muslim Uighur, China Ajak Mesut Ozil Melihat-lihat Xinjiang
BEIJING, iNews.id - Pemerintah China mengomentari pernyataan pemain sepak bola Arsenal Mesut Ozil soal perlakuan muslim Uighur di Xinjiang. Disebutkan, pria asal Jerman keturunan Turki itu mendapat berita palsu dan telah ditipu mengenai apa yang terjadi di Xinjiang.
Dalam cuitannya pada Jumat pekan lalu, Ozil mengecam kekerasan terhadap minoritas muslim di Xinjiang. Dia juga menyebut negara-negara muslim gagal menyatukan pandangan bahwa apa yang terjadi di Xinjiang merupakan pelanggaran.
"Alquran dibakar, masjid-masjid ditutup, sekolah-sekolah muslim dilarang, cendekiawan dibunuh satu per satu, banyak saudara dikirim ke kamp-kamp," cuit Ozil, dalam bahasa Turki.
"Masyarakat muslim diam. Suara mereka tidak terdengar," kata dia, melanjutkan, dengan latar belakang bendera 'Turkestan Timur' istilah yang digunakan etnis Uighur untuk menggambarkan Xinjiang.
Mengomentari hal itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, penilaian Ozil dipengaruhi oleh pernyataan yang tidak benar.
Untuk itu Geng akan merasa senang jika Ozil berkunjung ke Xinjiang untuk melihat-lihat apa yang terjadi di sana.
"Selama dia memiliki akal sehat, dapat membuat perbedaan yang jelas antara benar dan salah, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip objektivitas dan keadilan, dia akan melihat Xinjiang secara berbeda," kata Geng.
Dia menambahkan, Xinjiang menikmati stabilitas politik, pembangunan ekonomi, persatuan, keharmonisan, dan warga di sana hidup dan bisa bekerja sama dalam damai.
Cuitan Ozil berbuntut panjanng. Pada Minggu (15/12/2019), stasiun televisi CCTV membatalkan pertandingan langsung Liga Premier antara Arsenal dan Manchester City.
Sementara itu surat kabar pemerintah, Global Times, memperingatkan bahwa pernyataan Ozil akan berdampak serius bagi Arsenal.
China menghadapi kecaman internasional terkait kamp cuci otak bagi muslim Uighur di Xinjiang.
Kelompok-kelompok HAM dan para opengatam mengungkap, lebih dari 1 juta warga Uighur dan etnis minoritas muslim lainnya dikirim ke kamp-kamp yang berada di bawah penjagaan ketat.
Sementara itu saksi yang merupakan mantan penghuni kamp menyebut, mereka juga dipaksa memakan daging babi babi dan tak diperbolehkan salat.
Editor: Anton Suhartono