Sosok Erwin Rommel, Jenderal Terhebat Jerman yang Berakhir Sedih karena Ingin Jatuhkan Hitler
Sayang, di puncak kariernya sebagai perwira, Rommel menghadapi malapetaka. Dia mengalami luka parah akibat serangan pesawat Inggris pada 17 Juli 1944 atau 11 hari setelah pasukan sekutu melancarkan D-Day. Saat itu Rommel dalam perjalanan kembali dari markas.
Di dekat Sainte Foy de Montgommery, mobilnya ditembaki pesawat Inggris hingga terguling hingga membuat Rommel terlempar keluar.
Lalu pada 20 Juli, terjadilah insiden Operasi Valkyrie atau upaya pembunuhan Hitler. Bom diledakkan ketika rapat front barat dan timur di markas rahasia Wolfsschanze atau Sarang Serigala di Rastenburg, Prusia Timur. Namun, rencana pembunuhan tersebut gagal. Hitler tidak lolos dari maut, melainkan hanya mengalami luka ringan.
Siapa pun yang terlibat dalam pengeboman tersebut akan dijatuhi hukuman mati. Siapa sangka, nama Rommel ikut terseret. Rommel pun ditangkap oleh dua jenderal suruhan Hitler. Namun Hitler tidak ingin mengadili Rommel di depan umum karena bisa mengikis semangat juang para prajurit yang sedang melawan sekutu di barat dan Uni Soviet di timur.
Karena itu Rommel diberi dua pilihan, diadili di Volksgerichtshof (pengadilan rakyat) atau bunuh diri. Jika Rommel memilih pengadilan, keluarganya akan sengsara dengan titel pengkhianat Jerman. Namun jika memilih bunuh diri, nama baik keluarganya akan terlindungi.
Putusan Rommel jatuh pada pilihan kedua. Tepat di usianya ke-52 tahun, Rommel bunuh diri dengan menenggak sianida.
Bersama konspirator lainnya, Erwin Rommel menyetujui bahwa Hitler harus dicopot dari kekuasaan. Namun dia tidak menyukai ide untuk membunuh Hitler sehingga berperan tak aktif dalam pembunuhan tersebut.
Editor: Anton Suhartono