Sosok Sultan Ibrahim, Raja Baru Malaysia yang Gemar Koleksi Mobil dan Motor Mewah
KUALA LUMPUR, iNews.id - Malaysia pada hari ini resmi memiliki raja baru. Dia adalah Sultan Ibrahim dari Negara Bagian Johor.
Sultan Ibrahim dilantik sebagai Raja ke-17 Malaysia dan diambil sumpah jabatannya dalam sebuah upacara di Istana Negara di Ibu Kota Kuala Lumpur. Lalu seperti apa sosok sang raja?
Sultan Ibrahim (65) resmi menggantikan Al-Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah, yang kembali memimpin negara bagian asalnya, Pahang, setelah menyelesaikan masa jabatan lima tahunnya sebagai raja negeri jiran.
Sultan Ibrahim lahir pada 22 November 1958. Selain menjadi Raja ke-17 Malaysia, dia juga menjabat Sultan ke-5 Johor Modern sejak naik takhta pascakematian ayahnya, Sultan Iskandar pada 2010.
Pada 27 Oktober 2023, dia terpilih sebagai raja Malaysia untuk masa jabatan lima tahun yang resmi dimulai hari ini, 31 Januari 2024.
Reuters melansir, Sultan Ibrahim terkenal karena sikapnya yang terus terang dan kepribadiannya yang lugas. Dia sering kali mempertimbangkan masalah politik negaranya.
Dia memiliki banyak koleksi mobil mewah dan sepeda motor sejenis. Sebagai penggemar sepeda motor, Sultan Ibrahim adalah pendiri acara tur sepeda motor tahunan, Kembara Mahkota Johor.
Sultan Ibrahim juga memiliki kepentingan bisnis yang luas mulai dari real estat hingga pertambangan, termasuk saham di Forest City, yaitu proyek reklamasi dan pengembangan lahan senilai 100 miliar dolar AS yang didukung China di lepas pantai Johor.
Menjelang pelantikannya, Sultan Ibrahim mengatakan kepada surat kabar Singapura The Straits Times bahwa dia bermaksud menjadi raja yang aktif dan mengusulkan agar perusahaan minyak negara Malaysia, Petroliam Nasional (Petronas) dan badan antikorupsi negara tersebut untuk bertanggung jawab langsung kepada raja.
Dia juga menyampaikan rencananya untuk menghidupkan kembali proyek jalur kereta api berkecepatan tinggi yang terhenti antara Malaysia dan Singapura, dengan perbatasan melintasi Forest City.
Di Malaysia, raja memainkan peran yang sebagian besar bersifat seremonial. Akan tetapi, pengaruhnya telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, sehingga mendorong raja untuk menggunakan kekuasaan diskresi yang jarang digunakan untuk meredam ketidakstabilan politik.
Di bawah sistem monarki yang unik, kepala dari sembilan negara bagian di Malaysia bergiliran menjadi raja setiap lima tahun. Mereka yang menjadi kepala negara diberi gelar "Yang di-Pertuan Agong".
Editor: Ahmad Islamy Jamil