Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ilmuwan China Bikin Obat Panjang Umur, Jaminan Hidup 150 Tahun!
Advertisement . Scroll to see content

Studi: Orang Meninggal akibat Corona di Inggris Bisa Capai 60.000 Jiwa Bulan Ini

Kamis, 09 April 2020 - 22:03:00 WIB
Studi: Orang Meninggal akibat Corona di Inggris Bisa Capai 60.000 Jiwa Bulan Ini
Menara Elizabeth (Big Ben) di pusat Kota London, Inggris (ilustrasi). (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

LONDON, iNews.id – Laporan terbaru yang dirilis Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) yang berpusat di AS mengungkapkan, jumlah orang yang meninggal akibat wabah virus corona (Covid-19) di Inggris bisa menembus 60.000 jiwa hingga akhir April ini. Angka kematian itu diproyeksikan menjadi yang tertinggi di Eropa.

Pada Selasa (7/4/2020) lalu, Wali Kota London Sadiq Khan membeberkan, Pemerintah Inggris tampaknya tidak akan mencabut karantina wilayah itu. Alasannya, puncak dari penyebaran wabah virus corona (Covid-19) di Inggris diperkirakan baru berlangsung sekitar 8 atau 9 hari lagi.

“Saya rasa kita (Inggris) tidak akan mencabut karantina wilayah. Kami pikir puncaknya, bagian yang paling mengerikan dari virus tersebut, mungkin masih sepekan setengah lagi,” ujar Khan kepada Radio BBC, seperti dikutip kembali dari Reuters, Rabu (8/4/2020).

Perdana Menteri Boris Johnson pada 23 Maret lalu memerintahkan polisi untuk memberlakukan lockdown alias karantina wilayah yang ketat di Inggris selama tiga pekan, menyusul meningkatnya wabah virus corona (Covid-19) yang melanda Inggris. Selain itu, dia melarang diadakannya pertemuan yang dihadiri lebih dari dua orang dan memberi batasan ketat untuk warga berolahraga.

Hingga saat ini, virus corona telah merenggut 7.097 jiwa di Inggris. Pejabat pemerintah di sana pun memperingatkan, setiap rumah sakit harus bersiap untuk menghadapi peningkatan kasus infeksi dalam beberapa minggu ke depan.

Akan tetapi, seperti dilansir Alarabiyah, hasil penelitian terbaru dari IHME memperkirakan bahwa kondisi Inggris akan jauh lebih buruk daripada yang diprediksi pemerintah setempat. Jumlah kematian di negara itu bisa meningkat lebih dari sembilan kali lipat menjadi 66.314 pada 4 Agustus, dengan mayoritas terjadi pada bulan ini.

Menurut proyeksi IHME, kematian akibat virus corona di Inggris diperkirakan akan meningkat tajam pada pertengahan April, memuncak pada hampir 3.000 kematian per hari pada 17 April. Data menunjukkan, ada peningkatan pesat angka kematian pada April ini, dengan sekitar 60.000 orang meninggal hingga 1 Mei nanti.

Angka kematian itu kemudian diproyeksikan melambat dan stabil menjadi kurang dari 10 kematian per hari pada akhir Mei, dengan total 66.314 kematian pada awal Agustus.

Ini akan membuat angka kematian Inggris menjadi yang tertinggi di Eropa sejauh dibandingkan dengan prediksi untuk negara lain, termasuk Italia yang saat ini memiliki angka kematian tertinggi di dunia yaitu 17.669 jiwa. IHME memperkirakan, Covid-19 dapat membunuh 20.300 orang di Italia, 19.209 orang di Spanyol, dan 15.058 orang di Prancis hingga akhir April ini.

Model proyeksi IHME menunjukkan, angka kematian di Inggris akan lebih tinggi daripada di AS, meskipun para ilmuwan dan pakar lain membantah prediksi itu.

Studi IHME juga memperkirakan kekurangan tempat tidur yang sangat besar dibandingkan dengan peningkatan dramatis pada pasien corona di Inggris. Menurut penelitian tersebut, Inggris saat ini memiliki 17.765 tempat tidur rumah sakit yang tersedia. Akan tetapi, negara itu akan membutuhkan 85.029 tempat tidur lebih banyak untuk memenuhi permintaan untuk 102.794 pasien (perkiraan) yang dibutuhkan hingga akhir April ini.

Inggris juga akan membutuhkan 23.745 tempat tidur unit perawatan ekstra intensif (ICU) yang saat ini jumlahnya masih sangat sedikit yaitu hanya 799 tempat tidur yang tersedia.

Namun, pakar epidemologi dari Imperial College London, Profesor Neil Ferguson, mengkritik penelitian IHME tersebut. Dia menganggap lembaga Amerika itu telah salah mengartikan situasi saat ini di Inggris. Dia mengatakan ramalan IHME itu tidak dapat diandalkan untuk tujuan ilmiah.

Dia menjelaskan, data yang dipakai IHME untuk penggunaan tempat tidur di rumah sakit Inggris saat ini serta angka kematian yang ada di Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) setidaknya dua kali lebih tinggi dari kenyataan.

“Model ini tidak cocok dengan situasi Inggris saat ini. Pada dasarnya, model permintaan perawatan kesehatan mereka salah, setidaknya untuk Inggris,” ujar Ferguson dikutip The Guardian.

Ferguson memperkirakan angka kematian akibat Covid-19 di Inggris pada pekan ini berkisar antara 7.000 dan 20.000 jiwa. “Kami tidak memiliki kemampuan saat ini untuk mengukur berapa banyak orang yang telah terinfeksi, yang akan datang dengan tes antibodi. Jadi kami membuat perkiraan statistik tentang hal itu, dan itu juga tergantung pada tingkat ketidakpastian tertentu,” kata Ferguson kepada BBC.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut